Jurnal Tempo – Serangan drone yang diluncurkan Ukraina ke wilayah Rusia semakin intensif. Dalam laporan terbaru, sebanyak 343 drone dilaporkan jatuh di berbagai kota Rusia. Serangan ini juga menyebabkan tiga orang meninggal dunia akibat ledakan. Ketegangan antara kedua negara terus meningkat seiring dengan serangan udara yang semakin sering terjadi. Ukraina tampaknya menggunakan drone sebagai strategi utama dalam menekan pertahanan Rusia. Moskow merespons dengan memperkuat sistem anti-drone mereka untuk menangkal serangan-serangan selanjutnya.
“Baca Juga : Arus Mudik Lebaran 2025 Diperkirakan Dimulai 21 Maret, Menhub Siap”
Pihak berwenang Rusia mengungkapkan bahwa sebagian besar drone yang menyerang berhasil ditembak jatuh sebelum mencapai target. Namun, beberapa berhasil menembus pertahanan udara dan menyebabkan kerusakan pada infrastruktur penting. Beberapa pabrik dan fasilitas penyimpanan bahan bakar mengalami kebakaran akibat serangan ini. Pemerintah Rusia menuduh Ukraina sengaja menargetkan fasilitas vital untuk melemahkan ekonomi mereka.
Meskipun Ukraina tidak secara resmi mengklaim tanggung jawab atas serangan ini, pola serangan yang terorganisir mengindikasikan keterlibatan militer mereka. Presiden Volodymyr Zelensky sebelumnya menyatakan bahwa negaranya akan terus berjuang menggunakan segala cara yang memungkinkan. Para ahli militer menilai penggunaan drone sebagai langkah efektif karena biaya produksi yang lebih murah dibandingkan rudal balistik.
“Simak juga: iPad Gen 11 Resmi Meluncur, Pakai Chip A16 dan Lebih Murah”
Selain korban jiwa, serangan drone juga menimbulkan kepanikan di kalangan warga sipil. Banyak penduduk di perbatasan Rusia-Ukraina mengungsi karena takut menjadi sasaran berikutnya. Pemerintah setempat mulai membangun tempat perlindungan untuk menghadapi ancaman serangan udara yang terus meningkat. Beberapa maskapai penerbangan bahkan membatalkan rute yang melintasi daerah berisiko tinggi.
Sebagai respons terhadap serangan ini, Rusia berjanji akan melakukan serangan balasan yang lebih besar. Militer Rusia mulai mengerahkan lebih banyak pasukan dan persenjataan ke garis depan. Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam jika terus diserang. Analis memperkirakan bahwa konflik ini akan terus bereskalasi jika tidak ada upaya diplomasi yang signifikan.
Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan NATO, terus memantau perkembangan konflik ini. Washington sebelumnya telah memasok bantuan militer dalam bentuk drone dan sistem pertahanan udara ke Ukraina. Rusia menganggap keterlibatan Barat sebagai provokasi yang bisa memperburuk situasi. Beberapa diplomat menyerukan perundingan damai untuk mencegah konflik semakin meluas.
Serangan drone ini mencerminkan bagaimana perang modern semakin mengandalkan teknologi tanpa awak. Penggunaan drone memungkinkan serangan jarak jauh tanpa risiko bagi pilot atau operatornya. Negara-negara lain mulai mengembangkan sistem anti-drone untuk mengantisipasi ancaman serupa di masa depan. Perang Rusia-Ukraina menjadi contoh nyata bagaimana teknologi militer terus berkembang dalam konflik modern.