Jurnal Tempo – Kanada kini memiliki Perdana Menteri baru. Mark Carney resmi menjabat setelah pemilu yang berlangsung sengit. Sosok ini bukan nama asing di dunia ekonomi global. Sebelumnya, ia pernah menjadi Gubernur Bank of Canada dan Bank of England. Pengalamannya dalam mengelola keuangan negara membuat banyak pihak optimis. Namun, tantangan besar menantinya.
Mark Carney dikenal sebagai pendukung ekonomi hijau. Ia telah lama mengadvokasi kebijakan keuangan berkelanjutan. Langkah pertamanya adalah mempercepat transisi ke energi terbarukan. Kanada memiliki potensi besar dalam sektor ini. Pemerintahannya akan berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan. Selain itu, regulasi ketat bagi industri yang mencemari akan diterapkan.
“Baca Juga : Rencana Membeli Mobil untuk Mudik? Ini Tenggat Waktu yang Harus Diperhatikan”
Salah satu janji Carney adalah reformasi pajak. Ia ingin sistem yang lebih progresif. Artinya, kelompok kaya akan dikenai pajak lebih tinggi. Pendapatan ini akan digunakan untuk program kesejahteraan. Pendidikan dan layanan kesehatan gratis menjadi prioritasnya. Selain itu, tunjangan bagi keluarga berpenghasilan rendah akan ditingkatkan.
Kanada dikenal sebagai negara yang ramah terhadap imigran. Carney ingin mempertahankan reputasi ini. Ia berencana mempercepat proses naturalisasi. Selain itu, kebijakan visa akan diperlonggar bagi tenaga kerja terampil. Tujuannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi. Namun, ia juga menegaskan pentingnya integrasi sosial.
“Simak juga: Pengadilan Tetapkan Hak Asuh pada Tengku Dewi, Andrew Andika Tetap Bisa Bertemu”
Hubungan Kanada dengan AS selalu menjadi perhatian utama. Carney memiliki pendekatan pragmatis terhadap Washington. Ia ingin mempererat kerja sama dagang. Namun, ia juga bertekad melindungi kepentingan nasional. Carney menekankan pentingnya diversifikasi mitra ekonomi.
Meski memiliki visi ambisius, Carney tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah inflasi yang masih tinggi. Krisis perumahan juga menjadi masalah besar. Banyak warga Kanada kesulitan memiliki rumah. Selain itu, oposisi politik siap mengkritisi setiap kebijakannya.