
Jurnal Tempo – Suasana tenang di pusat Kota Manchester mendadak berubah mencekam pada Jumat (24/10/2025) sore. Sebuah gedung yang seharusnya dalam tahap pembongkaran, Alberton House, tiba-tiba runtuh sebagian, memicu kepanikan di antara warga dan pekerja di sekitarnya. Ratusan orang segera dievakuasi setelah bagian besar struktur bangunan itu ambruk dan menimbulkan awan debu tebal yang menyelimuti kawasan sekitar Sungai Irwell.
Menurut laporan India Today, gedung tersebut memang sudah dijadwalkan untuk dibongkar. Namun, runtuhnya bagian bangunan yang belum seharusnya ambruk menimbulkan kekhawatiran besar terhadap keamanan di area konstruksi. Dalam hitungan detik, puing-puing besi dan beton berjatuhan ke sungai di bawahnya, disertai suara ledakan kecil akibat patahnya material logam.
Video detik-detik kejadian yang beredar di media sosial memperlihatkan bagian tengah gedung roboh secara tiba-tiba, diikuti dengan gumpalan debu putih pekat yang menutupi pandangan. Dari rekaman yang dibagikan akun X @AZ_Intel, terdengar teriakan warga yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut.
“Awalnya hanya terdengar suara berderak seperti besi patah,” ungkap salah satu saksi mata kepada Manchester Evening News. “Beberapa detik kemudian, bagian besar gedung langsung jatuh ke arah sungai, dan semua orang panik.”
Momen dramatis ini menjadi viral, memicu reaksi cepat dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Greater Manchester (GMFRS). Mereka menerima laporan sekitar pukul 14.50 waktu setempat, dan satu unit pemadam dari Manchester Central segera dikerahkan ke lokasi di St Mary’s Parsonage.
“Baca Juga : Nasdem Pilih Menunggu Putusan MKD Soal Sahroni dan Nafa Urbach”
Tim darurat GMFRS langsung melakukan pengecekan struktur dan penyisiran area untuk memastikan tidak ada korban yang tertimpa reruntuhan. Beruntung, tidak ada laporan korban jiwa maupun luka dalam insiden tersebut.
“Bangunan yang sedang dibongkar sebagian runtuh. Tidak ada korban, dan lokasi kini telah kami serahkan kepada tim pengawas bangunan untuk investigasi lebih lanjut,” kata juru bicara GMFRS dalam pernyataannya.
Sebagai langkah pencegahan, pihak berwenang menutup sementara beberapa jalan utama di sekitar lokasi kejadian. Evakuasi dilakukan terhadap para pekerja dan penghuni gedung di radius aman, memastikan tidak ada potensi bahaya lanjutan.
Pemilik salah satu properti di sekitar lokasi, George Jones, menceritakan bagaimana dirinya dan para pekerja terpaksa meninggalkan gedung dengan cepat. “Sekitar 500 orang harus keluar hari ini. Saya memiliki beberapa bisnis di sini,” ujarnya kepada Manchester Evening News.
Jones menambahkan bahwa getaran akibat runtuhnya bangunan terasa sangat kuat, bahkan menyerupai guncangan gempa bumi kecil. “Kami tahu ada proyek pembongkaran, tetapi kami tidak menyangka situasinya akan seberbahaya ini,” katanya lagi.
Banyak orang memilih tidak kembali ke kantor atau tempat kerja mereka karena masih merasa khawatir akan keamanan struktur di sekitarnya. Pemerintah kota kemudian memastikan bahwa area tersebut telah berada di bawah pengawasan ketat Dewan Kota Manchester.
“Baca Juga : Pertemuan Mendadak di Kediaman Jalan Kertanegara”
Pihak berwenang kini sedang melakukan penyelidikan menyeluruh terkait penyebab runtuhnya bangunan. Dugaan awal mengarah pada kesalahan teknis dalam proses pembongkaran, meski hal ini belum dikonfirmasi secara resmi.
Tim pengawas bangunan dari Dewan Kota Manchester telah mengambil alih lokasi untuk melakukan penilaian risiko. Tujuannya adalah mencegah potensi keruntuhan lanjutan dan memastikan proses demolisi selanjutnya dapat dilakukan dengan aman.
Menurut laporan sementara, struktur yang runtuh kemungkinan besar sudah kehilangan kestabilannya karena beban material yang tidak seimbang. Insiden ini menjadi pengingat penting bagi kontraktor dan pemerintah untuk memperketat standar keselamatan proyek pembongkaran di kawasan padat penduduk.
Sebagai pengamat tata kota, saya melihat insiden di Alberton House ini bukan sekadar kecelakaan konstruksi, tetapi alarm keras tentang pentingnya sistem pengawasan proyek publik. Di kota besar seperti Manchester, di mana modernisasi dan pembangunan berjalan cepat, pengawasan teknis dan manajemen risiko harus menjadi prioritas utama.
Meskipun tidak ada korban jiwa, kejadian ini tetap meninggalkan trauma bagi warga dan pekerja sekitar. Evakuasi massal menunjukkan kesiapan tanggap darurat kota, namun di sisi lain, juga memperlihatkan celah dalam kontrol pra-demolisi.
Kasus ini bisa menjadi contoh bagi negara lain termasuk Indonesia bahwa setiap proyek, terutama pembongkaran gedung tua, memerlukan pengawasan profesional berstandar internasional agar keselamatan publik selalu terjamin.
Runtuhnya sebagian gedung Alberton House di Manchester City menjadi pengingat keras bahwa keselamatan tidak boleh dikompromikan dalam proyek pembangunan maupun pembongkaran. Tindakan cepat petugas dan tidak adanya korban jiwa memang patut diapresiasi, namun langkah pencegahan tetap harus ditingkatkan.
Kini, semua mata tertuju pada hasil investigasi resmi. Harapannya, insiden ini mendorong perubahan dalam kebijakan keselamatan konstruksi di Inggris dan menjadi pelajaran penting bagi negara lain. Seperti kata pepatah: “Bangunan bisa dibangun kembali, tetapi kepercayaan publik sulit dipulihkan.”