Jurnal Tempo – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan belum menarik merek beras yang diduga oplosan. Ketua Aprindo, Solihin, menegaskan belum ada bukti kuat yang membuktikan pelanggaran. Menurutnya, peritel hanya menjadi perantara penjualan, bukan pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap kualitas produk.
Solihin yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Alfamart mengakui bahwa pihak ritel tidak memiliki kemampuan teknis untuk memverifikasi kualitas beras secara langsung. Oleh karena itu, tindakan penarikan produk baru akan dilakukan bila sudah terbukti ada pelanggaran. Saat ini, pendekatan yang digunakan adalah meminta pernyataan tertulis dari pemasok yang menjamin bahwa beras yang dijual merupakan jenis premium, bukan hasil oplosan.
Sebagai langkah pencegahan, Aprindo akan memberlakukan standar mutu yang lebih ketat terhadap beras premium. Para pemasok diwajibkan memberikan bukti tertulis terkait kualitas produk mereka. Selain itu, ritel juga akan mulai mempertimbangkan kerja sama dengan konsultan independen guna melakukan uji mutu secara acak di gerai-gerai ritel. Hal ini untuk memastikan bahwa kandungan patahan dan kadar air sesuai dengan standar premium yang diatur.
Sementara itu, Satgas Pangan Polri terus melanjutkan pemeriksaan terhadap produsen besar yang diduga terlibat dalam praktik pengoplosan. Empat perusahaan yang sedang dalam proses penyelidikan adalah Wilmar Group, Food Station Tjipinang Jaya, Belitang Panen Raya, dan Sentosa Utama Lestari (Japfa Group). Nama-nama tersebut mengemuka setelah penyidik mengambil puluhan sampel dari berbagai wilayah Indonesia.
Produk beras dari Wilmar Group seperti Sania, Sovia, dan Fortune kini sedang dalam pengawasan ketat. Sampel dari Aceh, Lampung, dan Jabodetabek sedang diuji untuk memastikan keaslian dan kualitasnya. Sementara itu, PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) yang memproduksi beras Setra Ramos dan Pulen Wangi juga diselidiki setelah sembilan sampel dari berbagai daerah dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut.
Belitang Panen Raya, produsen Raja Platinum dan Raja Ultima, turut masuk dalam daftar perusahaan yang diperiksa. Dugaan kecurangan muncul setelah beberapa sampel dari wilayah seperti Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan ditemukan tidak sesuai dengan labelnya. Selain itu, Japfa Group melalui Sentosa Utama Lestari yang memproduksi beras Ayana juga sedang diperiksa setelah ditemukan ketidaksesuaian dari sampel yang diambil di Yogyakarta dan sekitarnya.
Aprindo masih menunggu hasil resmi dari laboratorium dan penyelidikan aparat penegak hukum sebelum mengambil langkah drastis. Pengetatan prosedur dan kerja sama dengan konsultan mutu menjadi solusi jangka pendek untuk menjaga kepercayaan konsumen. Sementara itu, pemeriksaan terhadap produsen besar oleh Satgas Pangan terus bergulir untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam distribusi beras premium di Indonesia.