Tips Mendidik Anak agar Disiplin dan Mampu Bertanggung Jawab atas Perbuatannya
Jurnal Tempo – Mendidik anak agar disiplin dan bertanggung jawab merupakan tantangan yang sering dihadapi orangtua. Disiplin tidak hanya sebatas aturan, melainkan juga pemahaman anak tentang konsekuensi dari setiap tindakan. Oleh karena itu, apabila disiplin ditanamkan sejak dini, anak akan lebih mampu mengendalikan diri sekaligus memahami makna tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Yulia Indriati dari Sekolah Murid Merdeka, metode Disiplin Positif terbukti efektif membentuk kedisiplinan anak. Disebut positif karena sikap disiplin lahir dari kesadaran anak, bukan karena rasa takut pada hukuman atau sekadar iming-iming hadiah. Dengan pendekatan ini, perilaku disiplin lebih tulus, alami, serta mampu bertahan dalam jangka panjang.
Disiplin positif juga mendorong anak mengembangkan self-discipline, yaitu kemampuan mengatur diri sendiri. Mereka akan belajar bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang tidak bisa dihindari. Akibatnya, perilaku disiplin tidak lagi bersifat paksaan, melainkan tumbuh dari keinginan anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
Selain itu, rutinitas harian menjadi salah satu kunci penting dalam membangun disiplin anak. Jadwal yang konsisten membantu anak terbiasa melakukan kegiatan dengan teratur. Namun, orangtua perlu menyesuaikan rutinitas dengan usia dan karakter anak, sekaligus menjaga konsistensi agar kebiasaan tersebut dapat melekat kuat.
Di sisi lain, kesepakatan bersama lebih efektif dibandingkan aturan sepihak. Anak akan merasa dilibatkan dalam proses pembuatan sehingga muncul rasa memiliki. Hal ini membuat mereka lebih berkomitmen mematuhi kesepakatan yang disusun bersama orangtua, bukan karena paksaan.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk menyusun kesepakatan keluarga. Pertama, libatkan seluruh anggota keluarga agar aturan terasa adil. Kedua, buat poin kesepakatan yang sedikit namun jelas sehingga mudah diingat. Ketiga, nyatakan aturan dengan bahasa positif dan tempelkan di tempat yang mudah dilihat. Terakhir, lakukan evaluasi secara berkala untuk menyesuaikan kesepakatan dengan kondisi keluarga.
Meskipun orangtua ingin melindungi anak, disiplin positif justru menekankan konsekuensi alami. Artinya, anak dibiarkan merasakan dampak nyata dari kesalahan mereka. Misalnya, saat lupa menyiapkan perlengkapan sekolah, mereka akan mengalami ketidaknyamanan karena ada barang yang tertinggal. Dari pengalaman tersebut, anak belajar bahwa tanggung jawab sepenuhnya ada di tangan mereka.
Konsekuensi yang diberikan harus relevan dengan kesalahan agar menjadi pengalaman belajar yang bermakna. Dengan begitu, anak akan menyadari bahwa setiap tindakan memiliki akibat. Oleh karena itu, metode ini sangat efektif untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab sekaligus melatih kemandirian sejak dini.
Penerapan disiplin positif menuntut orangtua untuk sabar, konsisten, serta siap menerima bahwa anak pasti melakukan kesalahan. Alih-alih menutupi kekeliruan mereka, biarkan anak menghadapi dampaknya. Dengan cara ini, anak akan belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri, tangguh, dan mampu bertanggung jawab di masa depan.