Jurnal Tempo – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, produk mereka masih sulit menembus pasar global. Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkap beberapa faktor utama yang menjadi penghambat. Salah satunya adalah rendahnya daya saing produk lokal di pasar internasional.
“Baca Juga : Skinwalker: Makhluk Misterius dalam Kepercayaan Suku Navajo”
Salah satu tantangan terbesar bagi UMKM adalah kurangnya standarisasi produk. Banyak negara memiliki regulasi ketat terkait keamanan dan kualitas produk. UMKM sering kali kesulitan memenuhi syarat tersebut. Sertifikasi seperti ISO, HACCP, atau FDA menjadi syarat wajib bagi ekspor ke negara maju. Namun, prosesnya rumit dan mahal.
Selain itu, perizinan yang panjang juga menjadi kendala. Banyak pelaku UMKM belum memiliki akses informasi tentang prosedur ekspor. Akibatnya, produk mereka tertahan di pasar lokal. Teten menegaskan perlunya dukungan pemerintah dalam menyederhanakan birokrasi.
“Simak juga: PlayStation 5 Pro Terancam Tak Hadir di Indonesia, Ini Penjelasan Sony”
Modal menjadi faktor krusial dalam ekspansi bisnis ke luar negeri. Sayangnya, banyak UMKM masih mengalami kesulitan mendapatkan pembiayaan. Bank sering kali menetapkan syarat agunan yang berat. Sementara itu, akses ke investor juga terbatas.
Pemerintah telah berupaya menyediakan berbagai skema kredit usaha rakyat (KUR). Namun, realisasi di lapangan masih menemui kendala. Pelaku usaha sering mengalami keterbatasan dalam menyusun proposal bisnis yang menarik bagi investor. Akibatnya, mereka kesulitan mengembangkan usaha.
Untuk bisa bersaing di pasar global, UMKM harus mampu memenuhi permintaan dalam jumlah besar. Namun, banyak pelaku usaha masih menggunakan metode produksi manual. Skala produksi yang kecil menyebabkan biaya operasional lebih tinggi.
Minimnya penggunaan teknologi juga menjadi faktor penghambat. Teten menekankan pentingnya modernisasi produksi agar lebih efisien. Digitalisasi dan otomatisasi bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kapasitas produksi tanpa menambah biaya tenaga kerja secara signifikan.
Pemasaran menjadi aspek krusial dalam menembus pasar global. Sayangnya, banyak UMKM masih mengandalkan metode konvensional. Branding dan pengemasan sering kali kurang menarik bagi konsumen internasional.
Teten menilai bahwa pelatihan digital marketing perlu ditingkatkan. Pemanfaatan e-commerce global seperti Amazon, Alibaba, dan eBay bisa menjadi jalan keluar. Dengan pemasaran yang tepat, produk UMKM berpotensi menjangkau pasar yang lebih luas.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing UMKM di pasar internasional. Program pendampingan ekspor dan insentif bagi pelaku usaha mulai digencarkan. Diharapkan, dengan kebijakan yang tepat, produk UMKM Indonesia bisa lebih kompetitif di kancah global.