
Jurnal Tempo – Setiap pagi, suasana dapur di sekolah-sekolah Swedia kini terasa lebih hidup. Sejak tahun 2018, pemerintah melalui lembaga inovasi nasional Vinnova meluncurkan program Makan Bergizi Gratis MBG, sebuah inisiatif yang menyediakan sarapan sehat bagi para siswa. Semua bahan makanan diperoleh dari supermarket lokal yang menyumbangkan stok buah dan sayur berlebih. Tujuannya bukan hanya memastikan anak-anak makan bergizi, tetapi juga mengurangi limbah pangan yang selama ini menjadi masalah global. Salah satu sekolah yang aktif menjalankan program ini adalah Mariebergsskolan di Karlstad. Setiap pagi, ratusan siswa berkumpul di dapur sekolah, mencicipi jus segar dan makanan sehat buatan para koki sekolah. Bagi Swedia, proyek ini bukan sekadar memberi makan, tetapi juga menanamkan nilai keberlanjutan sejak dini pada generasi muda.
Salah satu aspek menarik dari program MBG adalah bagaimana supermarket lokal berperan dalam mendukung pendidikan dan lingkungan secara bersamaan. Alih-alih membuang buah dan sayuran yang berlebih, mereka menyalurkannya ke sekolah-sekolah untuk diolah menjadi sarapan bagi murid. Pendekatan ini menciptakan ekosistem berkelanjutan yang saling menguntungkan lingkungan menjadi lebih bersih, sekolah mendapatkan bahan segar, dan anak-anak belajar tentang pentingnya mengurangi sampah makanan. Selain itu, kerja sama ini juga mempererat hubungan antara lembaga pendidikan dan dunia usaha di tingkat lokal. Program MBG menjadi contoh nyata bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari hal sederhana, seperti bagaimana kita memandang sisa makanan. Dengan konsep “from waste to value”, Swedia menunjukkan bahwa setiap sumber daya memiliki potensi manfaat jika dikelola dengan bijak.
Di Mariebergsskolan, dapur sekolah berubah menjadi tempat yang penuh kreativitas. Setiap pagi, anak-anak disambut dengan pilihan menu jus segar mulai dari kombinasi jahe dan lemon, apel, stroberi, hingga mint dan jeruk. Ada pula pilihan overnight oat dengan susu karamel yang menjadi favorit banyak siswa. Menurut pengamatan guru, para murid kini lebih bersemangat datang ke sekolah karena sarapan pagi menjadi momen yang mereka nantikan. Seorang siswa bahkan berkata, “Jika ada alternatif gratis di sekolah, saya mungkin akan memilih makanan yang sehat.” Program ini bukan sekadar memberi makan, tetapi juga mengubah kebiasaan anak-anak dalam memilih makanan. Mereka belajar bahwa makanan sehat bisa tetap lezat dan menarik. Dengan pendekatan seperti ini, Swedia mengajarkan bahwa gizi dan cita rasa bisa berjalan beriringan.
Keberhasilan program MBG tidak lepas dari kolaborasi tujuh lembaga pemerintah Swedia, termasuk Badan Pangan Swedia (Livsmedelsverket) dan Badan Perlindungan Lingkungan (Naturvårdsverket). Dukungan lintas lembaga ini memastikan bahwa program tidak hanya fokus pada penyediaan makanan, tetapi juga aspek keberlanjutan pangan dan edukasi lingkungan. Melalui pendanaan dari lembaga-lembaga tersebut, sekolah-sekolah di berbagai wilayah Swedia kini dapat membeli produk pertanian lokal dan menyesuaikannya dengan kebutuhan gizi murid. Program ini sekaligus membantu petani lokal dalam memasarkan hasil panen mereka. Bagi pemerintah, MBG bukan proyek jangka pendek, melainkan bagian dari strategi nasional untuk membentuk masyarakat yang lebih sadar lingkungan, sehat, dan mandiri. Swedia pun menjadi contoh bagi banyak negara dalam membangun sistem pangan yang adil dan berkelanjutan.
“Baca Juga : Tantangan Pola Makan Mediterania di Wilayah Tropis“
Program makanan sekolah gratis di Swedia berakar dari konsep “folkhem”, yang berarti “rumah rakyat”. Filosofi ini muncul pada tahun 1930-an dan menjadi dasar dari sistem negara kesejahteraan Swedia. Sejak 1946, sekolah-sekolah negeri di sana telah menyediakan makanan gratis bagi siswa, dan sejak 2011, ada aturan hukum yang mewajibkan makanan tersebut harus bergizi seimbang. Kini, melalui program MBG, konsep itu diperluas dengan fokus pada keberlanjutan dan inovasi pangan. Dengan biaya sekitar 7.700 kronor Swedia (Rp 13,4 juta) per siswa per tahun, pemerintah mampu menyediakan sekitar dua juta porsi makanan setiap hari. Investasi besar ini dianggap sepadan karena menghasilkan dampak sosial yang signifikan dari peningkatan kesehatan anak-anak hingga kesadaran akan pentingnya menjaga alam.
Lebih dari sekadar program makan gratis, MBG juga berfungsi sebagai pendidikan karakter. Melalui kegiatan dapur dan diskusi tentang makanan, siswa belajar mengenai rantai pasok, keberlanjutan, dan dampak konsumsi terhadap lingkungan. Guru-guru di Swedia percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang kelas dan piring makan anak-anak. Saat mereka memahami bahwa makanan sehat bisa membantu bumi tetap lestari, maka mereka tumbuh menjadi generasi yang lebih peduli. Program ini juga menumbuhkan rasa gotong royong dan apresiasi terhadap makanan. Anak-anak dilibatkan dalam memilih menu, membantu penyajian, dan belajar tidak membuang sisa makanan. Dengan begitu, MBG bukan hanya memberi nutrisi pada tubuh, tetapi juga memberi asupan moral bagi jiwa tentang bagaimana menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap sesama dan alam.