Jurnal Tempo – Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dan beragam, mulai dari sungai, danau, hingga rawa-rawa yang daerah rawan buaya. Beberapa tempat yang dikenal sebagai daerah rawan buaya, terutama di kawasan tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi. Tidak jarang terdengar berita tentang insiden manusia dan buaya di wilayah-wilayah tertentu. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara mengenali daerah rawan buaya agar dapat menghindari potensi bahaya dan tetap aman saat berada di sekitar perairan.
“Baca juga: Diterkam Buaya Saat Mandi di Sungai, Bocah 11 Tahun Tewas”
Buaya biasanya tinggal di daerah berair tawar, seperti sungai, danau, rawa, dan saluran irigasi. Mereka cenderung berada di daerah dengan air tenang, berlumpur, dan vegetasi yang lebat di sekitar tepian air. Daerah rawa yang memiliki banyak tumbuhan air juga menjadi tempat ideal bagi buaya untuk berlindung dan berburu. Di Indonesia, beberapa jenis buaya seperti buaya muara atau Crocodylus porosus memiliki persebaran yang cukup luas di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
Selain itu, buaya juga bisa ditemukan di area tambak atau lahan bekas pertambangan yang tergenang air, karena kondisi ini menyerupai habitat alami mereka. Mengetahui jenis habitat yang disenangi buaya dapat menjadi langkah awal dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang mungkin menjadi tempat mereka.
“Simak juga: Kulit Tebal: 7 Hewan yang Memiliki Perlindungan Alami Terkuat”
Buaya sering meninggalkan jejak yang bisa dikenali di sekitar tempat tinggal mereka. Beberapa tanda yang dapat diamati meliputi jejak kaki di tepian sungai atau danau, bekas seretan tubuh di tanah atau pasir, serta bekas gigitan pada tumbuhan atau ranting di sekitar perairan. Jejak kaki buaya biasanya memiliki pola khas dengan cakar yang tajam. Selain itu, bekas seretan tubuh bisa terlihat dari pola lebar seperti lintasan halus di tanah.
Buaya juga kerap meninggalkan kotoran di tepian air yang berbau tajam dan khas. Bau ini mirip dengan bau ikan atau hewan laut lainnya dan seringkali dapat tercium dari jarak yang cukup jauh. Dengan memperhatikan tanda-tanda ini, seseorang dapat mengetahui apakah daerah tersebut menjadi tempat tinggal buaya.
Pada musim kawin, buaya akan membuat sarang di sekitar perairan sebagai tempat untuk bertelur. Sarang buaya biasanya terbuat dari tumpukan daun, ranting, dan lumpur. Sarang ini dapat ditemukan di dekat tepi sungai atau danau, dan sering kali terlihat seperti gundukan kecil. Buaya betina akan menjaga sarang mereka dengan ketat dan menjadi sangat agresif jika merasa terganggu. Jika menemukan sarang seperti ini, sebaiknya segera menjauh karena buaya bisa menyerang siapa pun yang mendekati sarangnya.
Di beberapa daerah rawan, pihak berwenang biasanya sudah memberikan tanda peringatan atau informasi tentang keberadaan buaya. Papan peringatan ini biasanya dipasang di area wisata alam atau dekat sungai dan danau yang berpotensi menjadi habitat buaya. Tanda ini memberikan peringatan kepada pengunjung untuk berhati-hati dan tidak mendekati area perairan tertentu. Sangat penting untuk memperhatikan dan mematuhi tanda-tanda tersebut agar terhindar dari bahaya.
Selain papan peringatan, warga setempat atau pemandu wisata juga biasanya mengetahui keberadaan buaya di daerah mereka. Tidak ada salahnya bertanya kepada mereka untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang area yang aman dan area yang berpotensi menjadi tempat persembunyian buaya.
Buaya adalah hewan berdarah dingin yang aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Mereka biasanya lebih aktif saat suhu lebih rendah, yaitu di pagi dan sore hari. Pada saat-saat ini, buaya akan lebih sering berada di permukaan air untuk berburu. Oleh karena itu, jika harus berada di sekitar daerah perairan yang rawan, hindari waktu-waktu tersebut untuk mengurangi risiko bertemu buaya.
Selain itu, pada musim kemarau, ketika sumber air mulai menyusut, buaya mungkin berpindah ke area perairan yang lebih kecil, termasuk saluran air atau kolam di sekitar pemukiman.