Pakar Ungkap Faktor Penyebab Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi
Jurnal Tempo – Harga emas global kembali mencetak rekor bersejarah. Pada awal September 2025, harga emas berjangka Amerika Serikat berhasil menembus level 3.650 dollar AS per ons. Pencapaian ini menjadi catatan tertinggi sepanjang masa. Kenaikan tajam ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor fundamental yang sedang mengguncang ekonomi global.
Laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis awal September menunjukkan perlambatan perekrutan. Selain itu, tingkat pengangguran juga naik ke level tertinggi sejak 2021. Dengan kondisi ini, pasar tenaga kerja Amerika dinilai sedang melemah. Akibatnya, investor mulai beralih pada emas sebagai aset aman atau safe haven.
Meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve juga menjadi pemicu reli emas. Saat ini, para trader menilai peluang pemangkasan sebesar 25 basis poin mencapai 84 persen. Sementara itu, peluang pemangkasan lebih agresif hingga 50 basis poin berada di angka 16 persen. Dengan demikian, pasar semakin yakin The Fed akan mengambil langkah pelonggaran moneter.
Tai Wong, trader logam independen, menyebut emas mencapai titik tertinggi baru berkat melemahnya pasar tenaga kerja. Menurutnya, tren emas saat ini memang cenderung bullish. Namun, ia juga mengingatkan harga emas masih jauh dari 4.000 dollar AS kecuali terjadi dislokasi besar dalam sistem ekonomi global. Artinya, meski prospeknya positif, kenaikan emas tetap memiliki batas.
Selain faktor moneter, meningkatnya ketegangan geopolitik serta risiko perdagangan global juga memperkuat permintaan emas. Karena itu, emas semakin dipandang sebagai aset lindung nilai yang paling aman. Dalam kondisi ketidakpastian, investor lebih nyaman menempatkan dananya pada emas dibandingkan aset berdenominasi dollar. Dengan kata lain, ketidakstabilan global terus memberi energi positif pada pergerakan harga emas.
Isu independensi The Fed menjadi faktor penting yang memengaruhi harga emas. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur The Fed Lisa Cook dan terus menekan bank sentral agar memangkas suku bunga. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran investor bahwa kebijakan moneter bisa dipengaruhi oleh kepentingan politik. Akibatnya, kepercayaan pada dollar AS berpotensi terkikis.
Analis dari Goldman Sachs memperkirakan harga emas secara realistis bisa mencapai 5.000 dollar AS. Hal ini dapat terjadi jika Trump terus mendikte kebijakan The Fed dan memicu hilangnya kepercayaan terhadap aset dolar. Dengan begitu, emas akan semakin diminati sebagai aset pelindung nilai. Prediksi ini membuat banyak investor menaruh harapan besar pada tren emas di masa mendatang.
Kebijakan tarif global yang diumumkan Trump pada April 2025 juga menjadi salah satu faktor pendorong lonjakan emas. Langkah ini menimbulkan ketidakpastian besar terhadap perdagangan internasional. Sejak saat itu, emas semakin diburu karena dianggap lebih aman daripada aset berisiko. Alhasil, setiap keputusan politik yang menambah ketidakpastian global langsung tercermin dalam harga emas.