Jurnal Tempo – Kebijakan Zero ODOL (Over Dimension Over Loading) yang diberlakukan pemerintah menjadi titik balik penting. Banyak pengamat menilai bahwa aturan ini membuka peluang emas. Salah satu sektor yang terdampak secara positif adalah bisnis kereta api logistik. Dengan diberlakukannya pelarangan truk bermuatan berlebih, banyak pelaku usaha logistik mulai melirik moda alternatif. Kereta api logistik kini jadi pilihan utama karena dinilai lebih aman dan efisien. Kebijakan ini pun memberikan angin segar di tengah persaingan antar moda transportasi.
Setelah kebijakan Zero ODOL diterapkan, permintaan terhadap jasa KA logistik melonjak. Banyak perusahaan mulai mengalihkan distribusi barang dari truk ke kereta api. Salah satu alasannya adalah efisiensi biaya dan keamanan muatan yang lebih terjamin. Selain itu, distribusi barang lewat rel dinilai lebih cepat untuk rute-rute tertentu. Dalam waktu singkat, sejumlah operator KA logistik mencatat peningkatan volume angkut secara signifikan. Bahkan beberapa jalur pengiriman kini beroperasi hampir mendekati kapasitas maksimal. Lonjakan ini tentu memberikan keuntungan besar bagi PT KAI Logistik.
“Baca Juga : Jelang Salat Idulfitri, Menag Imbau Jemaah Tiba Lebih Awal di Masjid Istiqlal”
Dampak dari kebijakan Zero ODOL tak hanya dirasakan pelaku truk angkut. Namun juga memengaruhi keseluruhan sektor transportasi barang. Banyak terminal barang kini menyesuaikan sistem bongkar muatnya. Operator pelabuhan pun mulai memperluas konektivitas dengan jalur rel. Hal ini dilakukan demi memfasilitasi peningkatan arus barang melalui kereta api. Kementerian Perhubungan juga ikut serta mendorong pembangunan prasarana pendukung. Langkah ini dianggap strategis agar distribusi logistik nasional tetap lancar dan efisien.
Dengan meningkatnya penggunaan KA logistik, kebutuhan akan infrastruktur modern jadi krusial. PT KAI Logistik kini tengah mempercepat transformasi digital dalam operasionalnya. Modernisasi ini mencakup sistem pelacakan real-time dan otomatisasi pengiriman. Selain itu, pengembangan gudang terpadu di dekat stasiun juga digencarkan. Pemerintah pun mendukung melalui alokasi anggaran pembangunan jalur ganda. Semua ini diharapkan dapat mengakomodasi lonjakan volume barang. Serta menjaga keandalan dan kecepatan distribusi barang antar daerah.
“Simak juga: Ketua LPS Kritik Keras Prediksi IMF Soal Ekonomi Global”
Meski peluang terbuka lebar, bukan berarti tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah soal integrasi antar moda transportasi. Masih banyak wilayah yang belum memiliki akses rel langsung ke sentra produksi. Hal ini membuat proses pemindahan barang antar moda jadi kurang efisien. Selain itu, fleksibilitas rute kereta api tidak sebaik truk. Dalam kondisi tertentu, truk masih dibutuhkan untuk pengantaran tahap akhir. Oleh karena itu, pendekatan multimoda tetap diperlukan dalam rantai logistik nasional.
Kebijakan Zero ODOL juga turut mengubah perilaku para pelaku industri. Kini mereka mulai mempertimbangkan dimensi dan volume muatan secara lebih serius. Praktik overloading yang dulu dianggap biasa kini jadi hal yang dihindari. Selain karena risiko hukum, juga karena pertimbangan efisiensi biaya. Perusahaan logistik pun mulai menawarkan layanan berbasis kereta api sebagai paket utama. Perubahan ini menunjukkan adanya pergeseran mindset. Dari sebelumnya hanya fokus pada kecepatan menjadi fokus pada keamanan dan keberlanjutan.
Kebijakan ini membuka jalan untuk pengembangan ekosistem logistik yang lebih sehat. Dalam jangka panjang, KA logistik bisa menjadi tulang punggung distribusi nasional. Keunggulan dalam hal kapasitas angkut dan efisiensi energi tak bisa diabaikan. Selain itu, berkurangnya truk ODOL di jalan raya akan memperpanjang umur infrastruktur. Ini artinya penghematan biaya perawatan jalan yang signifikan bagi negara. Bila dikelola dengan baik, kebijakan ini bisa menjadi fondasi logistik masa depan Indonesia. Terlebih dalam era digital dan e-commerce yang terus tumbuh.