Taipan dalam Kasus Korupsi Eks Menteri Singapura Mengaku Bersalah
Jurnal Tempo – Taipan properti ternama, Ong Beng Seng, resmi mengaku bersalah atas keterlibatannya dalam kasus korupsi yang menyeret mantan Menteri Perhubungan Singapura, S. Iswaran. Pengakuan ini memperkuat dugaan publik bahwa skandal ini melibatkan kalangan elite dan pengusaha besar. Meski sempat menghindari sorotan, akhirnya Ong menghadapi proses hukum secara terbuka.
Dalam sidang pengadilan pada Senin (4/8), Ong mengakui telah mengatur penagihan terlambat kepada Iswaran sebesar S$5.700 untuk penerbangan kelas bisnis Doha–Singapura. Pembayaran itu baru dilakukan setelah Biro Investigasi Praktik Korupsi (CPIB) mendeteksi nama Iswaran dalam manifes penerbangan yang ditelusuri dalam kasus terpisah. Hal ini menunjukkan adanya upaya sistematis untuk menutupi aliran dana yang mencurigakan.
Selain pengakuan pertama, Ong juga diduga menghasut Iswaran agar menerima tiket pesawat dan akomodasi hotel dari dirinya. Padahal, Ong diketahui memiliki kepentingan bisnis yang terkait langsung dengan peran resmi Iswaran saat itu. Tuduhan ini memperkuat indikasi konflik kepentingan yang sangat merugikan integritas jabatan publik di Singapura.
Pengacara Ong mengungkapkan bahwa kliennya menderita multiple myeloma tingkat lanjut, sejenis kanker darah yang tak bisa disembuhkan. Penyakit ini telah melemahkan sistem kekebalan tubuh Ong dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Tim pembela meminta pengadilan agar menjatuhkan denda maksimal sebagai alternatif hukuman penjara, karena kondisi medis Ong dinilai terlalu serius untuk menjalani kurungan.
Wakil Kepala Jaksa, Christopher Ong, menyatakan bahwa pihaknya tidak keberatan jika pengadilan menggunakan grasi hukum untuk Ong. Jaksa sebenarnya menuntut delapan minggu penjara, namun karena kondisi kesehatan Ong yang kompleks dan berisiko tinggi, denda maksimal menjadi pilihan yang dipertimbangkan adil. Ini merupakan langkah kompromi untuk tetap menegakkan keadilan tanpa membahayakan nyawa terdakwa.
Hakim sempat mempertanyakan dua perjalanan luar negeri Ong setelah ia didakwa. Meskipun Ong menderita penyakit berat, ia tetap mampu bepergian dengan jet pribadi. Pengacaranya menjelaskan bahwa perjalanan dilakukan dengan pengawasan medis ketat, termasuk tim dokter dan perawat yang mendampinginya. Hal ini memicu diskusi di ruang sidang tentang konsistensi argumen pembela terhadap kondisi Ong.
Pengadilan mendengar bahwa Ong, sebagai pemegang saham mayoritas Singapore GP, menawarkan Iswaran perjalanan ke Qatar menggunakan jet pribadi. Ong juga menanggung biaya hotel dan penerbangan kelas bisnis untuk Iswaran. Biaya ini baru dibayarkan oleh Iswaran setelah penyelidikan dimulai. Fakta ini memperlihatkan skema gratifikasi yang dirancang secara halus dan menyalahi kode etik jabatan publik.
Iswaran kala itu memegang jabatan penting sebagai Menteri Hubungan Perdagangan dan Ketua Komite Pengarah F1. Ia terlibat langsung dalam proyek Grand Prix Singapura yang dikelola oleh perusahaan Ong. Hubungan ini memunculkan pertanyaan etika serius terkait pengaruh bisnis terhadap kebijakan pemerintah. Bukti-bukti memperkuat klaim bahwa Ong menggunakan posisinya untuk mendapatkan akses istimewa.
Jaksa menuntut denda maksimal S$30.000 karena pengadilan memiliki kewenangan menjatuhkan hukuman yang lebih ringan dengan pertimbangan medis. Ong dinilai patut menerima sanksi, tetapi tanpa kurungan, mengingat risiko nyawa yang mengancam. Putusan final dijadwalkan pada 15 Agustus, dan publik menantikan apakah pengadilan akan menetapkan preseden baru dalam kasus serupa di masa depan.