Jurnal Tempo – Di era teknologi sistem canggih masa kini, medan perang telah berubah secara drastis. Peperangan tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan fisik pasukan di medan tempur. Kini, teknologi menjadi ujung tombak, di mana senjata berbasis kecerdasan buatan (AI) memainkan peran kunci.
Salah satu contoh paling mencolok adalah penggunaan Starlink, sistem satelit orbit rendah yang diproduksi oleh SpaceX, perusahaan milik Elon Musk. Sistem ini telah membantu Ukraina dalam melawan invasi Rusia sejak 2022. Dengan ribuan terminal internet berkecepatan tinggi, Starlink memungkinkan pasukan Ukraina untuk tetap terhubung meskipun infrastruktur komunikasi konvensional terganggu.
“Baca Juga: Tidur Siang Menjadi Faktor Badan Gemuk! Apa Hubungannya?”
Starlink dirancang untuk menyediakan akses internet di wilayah terpencil dan daerah dengan infrastruktur komunikasi terbatas. Teknologi ini terbukti vital di medan perang, mendukung komunikasi, koordinasi operasi, hingga pengendalian drone untuk menyerang infrastruktur Rusia.
Namun, kontroversi juga mewarnai penggunaannya. Pada 2022, Elon Musk menolak permintaan untuk mengaktifkan Starlink di kota Sevastopol, Krimea. Musk berdalih bahwa hal tersebut berisiko membuat SpaceX secara eksplisit terlibat dalam tindakan perang.
Sejak perang Ukraina dimulai, pemerintah Amerika Serikat telah menyuplai ribuan terminal Starlink kepada militer Ukraina. Langkah ini menunjukkan bagaimana teknologi sipil seperti Starlink dapat berperan besar dalam konflik militer.
Sebagai respons atas keunggulan Starlink, Rusia mengembangkan sistem canggih bernama Kalinka. Sistem ini dirancang untuk mendeteksi dan mencegat sinyal Starlink, memberikan Rusia alat strategis baru dalam perang teknologi. Kalinka dikembangkan oleh Pusat Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (CBST) di Moskow.
Kalinka mampu melacak sinyal dari terminal Starlink dalam radius hingga 15 kilometer. Targetnya termasuk drone dan unit stasioner yang menggunakan Starlink. Sistem ini memanfaatkan prinsip dasar transmisi sinyal radio yang tetap relevan sejak zaman awal penemuan radio.
Menurut Andrey Bezrukov, ketua dewan CBST, Kalinka bahkan dapat mendeteksi terminal Starlink versi militer yang disebut Starshield. Hal ini memberikan keuntungan taktis bagi Rusia dalam menetralkan ancaman dari teknologi komunikasi modern yang digunakan Ukraina.
Efektivitas Kalinka dipengaruhi oleh kondisi medan dan kehadiran perangkat elektronik lain yang digunakan lawan. Namun, produksi massal sistem ini bergantung pada kebutuhan operasional militer Rusia di zona konflik.
Starlink, yang berbasis di luar angkasa, dan Kalinka, yang beroperasi di bumi, mencerminkan pergeseran besar dalam taktik militer modern. Di satu sisi, Starlink menawarkan konektivitas internet cepat untuk mendukung operasi militer. Di sisi lain, Kalinka memperlihatkan teknologi pengawasan yang dapat menandingi sistem canggih satelit tersebut.
Charlotte Frey, seorang konsultan strategis, menyebutkan bahwa Kalinka bukan sekadar konsep. Teknologi ini telah diuji dalam berbagai skenario pertempuran. Selain itu, Kalinka dapat diintegrasikan ke berbagai platform militer, seperti kapal, helikopter, dan jet ski, yang memberikan fleksibilitas operasional tinggi bagi Rusia.
Frey menambahkan bahwa peperangan masa depan akan semakin dipengaruhi oleh supremasi teknologi. Konflik tidak lagi hanya melibatkan kekuatan militer tradisional, tetapi juga kemampuan negara-negara untuk mengembangkan dan menguasai teknologi komunikasi dan pengawasan.
Kemunculan Starlink dan Kalinka menandai babak baru dalam perang modern. Teknologi sipil seperti Starlink telah menunjukkan potensi besar dalam mendukung operasi militer. Namun, keberadaan Kalinka menggarisbawahi pentingnya sistem penangkal yang mampu menghadapi ancaman dari teknologi tinggi.
Tidak hanya Rusia dan Amerika Serikat, negara-negara lain juga mulai menyadari pentingnya supremasi teknologi dalam peperangan. Cina, misalnya, telah menyatakan keprihatinannya terhadap potensi militer Starlink. Ketika teknologi semakin berkembang, batas antara penggunaan sipil dan militer pun menjadi semakin kabur.
Frey menulis di jurnaltempo.com bahwa konflik atas kontrol teknologi seperti ini akan menjadi penentu perang di masa depan. Dengan kemajuan seperti Starlink dan sistem penanggulangan seperti Kalinka, pertempuran tidak lagi hanya melibatkan kekuatan fisik. Pertempuran sinyal dan teknologi tersembunyi kini mengambil alih peran penting dalam strategi militer.
“Simak juga: Peran Presiden Hierarki Ars Goetia: Eksplorasi Ruang Mistis”
Kesimpulan
Starlink dan Kalinka mencerminkan transformasi peperangan modern. Teknologi kini menjadi kunci utama dalam menentukan keunggulan militer suatu negara. Dengan terus berkembangnya inovasi, masa depan perang akan lebih banyak dipengaruhi oleh supremasi teknologi daripada kekuatan militer tradisional. Kompetisi teknologi antara sistem seperti Starlink dan Kalinka adalah cerminan jelas dari tren ini.
Saat dunia terus bergerak ke arah digitalisasi, penting bagi negara-negara untuk berinvestasi dalam teknologi canggih demi menjaga kedaulatan dan keamanan nasional. Era baru peperangan telah dimulai, dan kemenangan tidak lagi hanya ditentukan oleh jumlah pasukan, tetapi oleh kemampuan teknologi yang mereka kuasai.