Jurnal Tempo – Shahram Dabiri diberhentikan dari jabatannya usai terungkap melakukan perjalanan mewah ke Antartika dengan dana tak jelas. Perjalanan tersebut berlangsung selama dua pekan dan melibatkan fasilitas super mewah yang tak sesuai tugas. Publik mengecam keputusan Dabiri, menyebutnya sebagai bentuk penyalahgunaan kepercayaan. Organisasi tempat Dabiri bekerja segera mengadakan rapat darurat. Setelah dilakukan penyelidikan cepat selama dua hari, keputusan pemecatan diumumkan. Peristiwa ini menjadi sorotan besar media internasional. Kasus tersebut juga memunculkan kembali isu lemahnya pengawasan internal organisasi. Tagar protes langsung ramai di media sosial. Warganet menyayangkan sikap tak bertanggung jawab seorang pejabat publik. Hal ini dikhawatirkan memperburuk citra lembaga secara menyeluruh.
Perjalanan Dabiri ke Antartika ditaksir mencapai lebih dari satu juta dolar. Dana tersebut digunakan untuk menyewa kapal pesiar pribadi. Ia juga menyewa helikopter guna menikmati pemandangan gunung es dari udara. Tak hanya itu, Dabiri membawa serta fotografer pribadi. Pengeluaran lainnya termasuk sewa baju dingin kelas atas dan konsumsi premium. Audit internal menemukan adanya pengalihan dana tanpa persetujuan. Hal ini melanggar protokol organisasi. Beberapa transaksi bahkan dilakukan secara langsung oleh asisten pribadi Dabiri. Semua aktivitas tersebut tercatat dalam laporan keuangan yang baru dirilis pekan ini.
Dalam laporan awalnya, Dabiri menyebut perjalanan itu sebagai bagian dari program riset. Namun, tidak ada bukti dukungan akademis atau kerja sama ilmiah. Keterangan tersebut kemudian dianggap hanya alasan formal. Data GPS dari rute perjalanan menunjukkan aktivitas rekreasional semata. Tidak ditemukan catatan pertemuan profesional di lokasi tersebut. Hal ini memicu kecurigaan lebih dalam. Anggota dewan mendesak dilakukannya audit lanjutan oleh pihak eksternal. Tujuannya untuk memastikan tidak ada manipulasi data tambahan.
Pegawai di kantor pusat mengaku terkejut dan kecewa berat atas skandal ini. Beberapa bahkan menyatakan rasa malu. Mereka merasa dikhianati karena selama ini mempercayai integritas Dabiri. Sejumlah karyawan senior mengajukan mosi pembentukan tim etik independen. Pimpinan sementara menyampaikan permintaan maaf kepada publik dan para donatur. Ia juga menjanjikan reformasi sistem transparansi. Pegawai muda juga meminta perlindungan bagi pelapor internal. Sebagian menyuarakan pentingnya aturan baru terkait perjalanan luar negeri.
“Simak juga: PPN 12 Persen untuk Barang Mewah Langkah Pemerintah Menuju Keadilan Sosial”
Media internasional seperti BBC dan Al Jazeera memberikan perhatian besar pada kasus ini. Laporan mereka menyebut Dabiri sebagai contoh buruk pemimpin modern. CNN bahkan mengangkat topik ini dalam diskusi tentang etika pejabat publik. Nama Dabiri langsung viral. Beberapa media menggunakan istilah “Antarctic Scandal”. Laporan investigatif juga menunjukkan bahwa ini bukan pelanggaran pertama Dabiri. Dalam arsip lama, ada laporan pengeluaran tak wajar saat kunjungan ke Eropa.
Kelompok antikorupsi segera mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka menuntut investigasi lebih luas. Forum masyarakat sipil juga menyerukan pencabutan semua hak istimewa Dabiri. Ada pula desakan agar ia mengembalikan seluruh dana yang digunakan. Beberapa aktivis meminta pemerintah turun tangan. Mereka percaya tindakan hukum perlu diterapkan. Sebuah petisi daring telah ditandatangani ribuan orang. Isinya menyerukan penegakan keadilan dan transparansi penuh.
Warganet menyambut kasus ini dengan gelombang kritik. Meme bertema kutub selatan membanjiri linimasa Twitter. Beberapa pengguna menyindir dengan sebutan “Mr. Ice King”. Tagar #AntarcticLuxuryTrip dan #DabiriGate sempat trending. Aksi simbolik juga terjadi di depan kantor pusat organisasi. Sejumlah mahasiswa mengenakan jaket tebal dan membawa replika gunung es. Mereka menyerukan audit penuh terhadap semua perjalanan pejabat organisasi.
Akibat kasus ini, reputasi organisasi langsung merosot tajam. Beberapa donatur menyatakan penundaan bantuan dana. Beberapa mitra internasional juga meninjau ulang kerja sama yang ada. Organisasi ini sebelumnya dikenal punya komitmen tinggi terhadap etika publik. Namun kini, citranya rusak di mata dunia. Tim hubungan masyarakat berusaha melakukan pemulihan. Mereka gencar membuat pernyataan di berbagai media. Tapi, kepercayaan publik butuh waktu lama untuk dipulihkan.
Hingga kini, Shahram Dabiri belum memberikan pernyataan resmi. Ia menonaktifkan akun media sosialnya sejak kabar ini mencuat. Wartawan yang mencoba menghubungi belum mendapat tanggapan. Beberapa pihak menduga ia tengah bersiap menghadapi tuntutan hukum. Rekan-rekannya juga mengaku sulit menghubunginya. Beberapa laporan menyebutkan ia kini berada di luar negeri. Tak ada kepastian mengenai posisi atau niatnya saat ini. Ketidakhadirannya hanya menambah spekulasi publik.