Jurnal Tempo – Serangan Israel di Yaman menciptakan gelombang kejut di dunia internasional. Serangan ini menargetkan pelabuhan strategis dan instalasi energi vital, menambah dimensi baru pada konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Yaman tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas geopolitik kawasan Timur Tengah.
Pelabuhan Hudaydah, yang terletak di pesisir Laut Merah, adalah jalur utama untuk mengimpor bahan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Dengan kapasitas besar dan lokasi strategis, pelabuhan ini memainkan peran vital bagi keberlangsungan hidup jutaan warga Yaman. Serangan udara yang menghancurkan sebagian besar fasilitas pelabuhan memicu krisis kemanusiaan yang lebih dalam. Kelompok bantuan internasional melaporkan bahwa penghentian aktivitas di pelabuhan telah memutus jalur suplai makanan ke lebih dari 20 juta orang yang bergantung pada bantuan kemanusiaan. Serangan ini dinilai sebagai strategi untuk memperlemah kemampuan kelompok Houthi, namun sekaligus mengorbankan jutaan warga sipil.
“Baca Juga : Misteri Pangeran Ars Goetia: Pengaruh Emosi dan Daya Tarik”
Selain pelabuhan, Serangan Israel terjadi pada instalasi minyak dan gas di kawasan Marib dan Shabwah. Infrastruktur energi ini sebelumnya menjadi sumber utama pendapatan negara. Serangan tersebut menghentikan produksi minyak mentah, yang membuat perekonomian Yaman semakin lumpuh. Kerusakan fasilitas energi ini tidak hanya berdampak pada Yaman, tetapi juga mempengaruhi suplai energi internasional, terutama di kawasan Teluk. Beberapa analis memperkirakan bahwa harga minyak global dapat mengalami kenaikan akibat terganggunya distribusi dari kawasan tersebut.
Berbagai negara telah menyuarakan keprihatinannya terhadap eskalasi ini. Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan penghentian serangan, sementara negara-negara seperti Rusia dan Iran mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran kedaulatan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sesi darurat untuk membahas krisis ini. Meski demikian, kebuntuan sering terjadi karena perbedaan kepentingan geopolitik di antara anggota tetap PBB. Di sisi lain, organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah Internasional berusaha menekan semua pihak untuk membuka akses kemanusiaan ke wilayah konflik.
“Simak juga: Jus Mengkudu dapat Cegah 6 Penyakit Berikut Ini”
Konflik Yaman awalnya melibatkan koalisi pimpinan Arab Saudi yang mendukung pemerintah resmi melawan kelompok Houthi yang didukung Iran. Namun, keterlibatan Israel menambah dimensi baru dalam konflik ini. Analis politik berpendapat bahwa Israel berusaha memperluas pengaruhnya di Timur Tengah dengan menargetkan Yaman, yang secara strategis mengontrol jalur perdagangan penting di Laut Merah. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi geopolitik untuk melawan Iran, musuh utama Israel di kawasan tersebut.
Konflik ini telah menyebabkan penderitaan besar bagi warga sipil. Serangan yang menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur dasar lainnya membuat jutaan orang hidup tanpa akses ke layanan dasar. Data PBB menunjukkan bahwa lebih dari 80% populasi Yaman kini membutuhkan bantuan kemanusiaan. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Kelaparan, kekurangan gizi, dan penyakit seperti kolera terus meningkat di tengah keterbatasan fasilitas medis. Para aktivis menyerukan perlindungan lebih besar terhadap warga sipil dan penghentian segera kekerasan.
Meski situasi terlihat suram, ada upaya internasional untuk memulai kembali dialog damai. Peran mediator seperti Oman dan Qatar diharapkan dapat menjadi jembatan bagi pihak-pihak yang bertikai. Selain itu, tekanan dari masyarakat internasional untuk menghentikan blokade kemanusiaan juga menjadi langkah penting. Di tengah krisis yang semakin memburuk, komunitas internasional dihadapkan pada pilihan: membiarkan konflik ini berlarut-larut atau mengambil tindakan tegas untuk mendesak perdamaian.