Global

Perang Gaza Korban Tewas 70% Perempuan dan Anak-Anak

Jurnal Tempo – Konflik yang berkepanjangan di Gaza telah menciptakan dampak mengerikan pada warga sipil. Berdasarkan data dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), hampir 70% dari korban tewas yang berhasil diverifikasi dalam perang Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Angka ini mengungkapkan kondisi yang sangat mengkhawatirkan, di mana dampak konflik lebih banyak dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki peran langsung dalam peperangan.

Konflik yang melibatkan militer Israel dan militan Hamas ini terus memakan korban jiwa. Menurut data yang diungkapkan PBB pada Jumat (8 November), penghitungan korban yang diverifikasi sejak awal konflik mencapai 8.119 orang, sementara jumlah total korban yang dilaporkan oleh pihak Palestina lebih dari 43.000 orang. Perbedaan angka ini terjadi karena PBB hanya mencatat korban yang telah diverifikasi dari tiga sumber yang berbeda, termasuk dari tetangga, anggota keluarga, LSM lokal, serta catatan rumah sakit dan staf PBB di lapangan.

PBB Mengutuk Pelanggaran Hukum Humaniter Internasional

PBB melalui kantor hak asasi manusianya mengeluarkan pernyataan yang menyoroti apa yang disebutnya sebagai pelanggaran sistematis terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional, termasuk prinsip perbedaan dan proporsionalitas. Temuan ini menyoroti perlunya upaya serius dalam menjaga keselamatan warga sipil, terutama kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyatakan pentingnya perhitungan yang akurat atas dugaan pelanggaran hukum internasional. Beliau menekankan perlunya badan peradilan yang kredibel dan tidak memihak untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran ini, sambil mengumpulkan dan menyimpan semua bukti yang relevan untuk menegakkan keadilan bagi korban.

Baca juga: Ronnie O’Sullivan Dan Tujuh Kemenangan Kejuaraan Snooker

Respon Israel dan Peran Hamas

Dalam tanggapannya terhadap laporan ini, misi diplomatik Israel untuk PBB di Jenewa menyatakan penolakannya. Menurut pihak Israel, laporan OHCHR gagal merefleksikan realitas yang sebenarnya di lapangan, dan kurang mempertimbangkan peran Hamas serta kelompok-kelompok militan lain yang dituding Israel sebagai penyebab kerugian bagi warga sipil di Gaza. Israel menuduh bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan bersembunyi di balik infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit.

Di sisi lain, pihak Hamas membantah tuduhan tersebut dan menyatakan tidak pernah menggunakan warga sipil sebagai tameng. Meskipun ada perbedaan pandangan ini, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak, menunjukkan dampak besar konflik pada mereka yang rentan.

Upaya Israel dalam Mengurangi Korban Sipil
Militer Israel menyatakan bahwa setiap operasi militer dilakukan sesuai dengan prinsip pembedaan dan proporsionalitas, dengan mempertimbangkan upaya mengurangi kerugian di pihak sipil. Mereka mengklaim bahwa proses persetujuan serangan dilakukan dengan berbagai tahapan dan melibatkan informasi yang cukup agar para komandan di lapangan dapat membuat keputusan yang tepat.

Militer Israel juga menyatakan bahwa setiap serangan yang dirancang telah melalui penilaian yang cermat terhadap potensi bahaya bagi warga sipil. Namun, laporan PBB menyebutkan bahwa dalam 88% serangan yang diverifikasi, lima orang atau lebih tewas dalam serangan yang sama, menunjukkan adanya penggunaan senjata berdampak luas yang mempengaruhi area dengan populasi padat.

Perang Gaza Korban Tewas dari Kelompok Usia Rentan

PBB mencatat bahwa kelompok usia paling rentan, yaitu anak-anak, turut menjadi korban terbesar dalam konflik ini. Dari total korban, sekitar 44% di antaranya adalah anak-anak berusia 18 tahun ke bawah,
dengan kelompok usia 5 hingga 9 tahun menjadi korban terbanyak. Hal ini mencerminkan demografi populasi Gaza dan menunjukkan kegagalan dalam upaya melindungi warga sipil, khususnya anak-anak.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa korban termuda yang tewas adalah bayi berusia satu hari,
sementara korban tertua adalah seorang perempuan berusia 97 tahun. Fakta ini menambah keprihatinan akan minimnya tindakan pencegahan untuk melindungi mereka yang paling rentan.

Dampak Konflik Perang Gaza dan Masa Depan Kemanusiaan

Konflik Gaza bukan hanya sekadar perang antara dua pihak, tetapi juga krisis kemanusiaan yang menuntut perhatian dunia. Dengan jumlah korban sipil yang terus meningkat dan sebagian besar
merupakan perempuan dan anak-anak, situasi ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang efektivitas
hukum humaniter internasional di wilayah konflik.

Simak juga: Bumi Tahun Terpanas Menuju Titik Pemanasan Kritis 1,5 Derajat

Tingginya jumlah korban dari kalangan perempuan dan anak-anak menjadi bukti nyata bahwa
perlindungan terhadap warga sipil dalam konflik bersenjata perlu ditingkatkan. Laporan PBB ini menjadi
pengingat bagi komunitas internasional akan pentingnya menjaga prinsip-prinsip dasar dalam hukum konflik bersenjata dan mencari solusi yang berfokus pada perdamaian.

Kesimpulan

Laporan PBB menunjukkan bahwa hampir 70% dari korban tewas dalam perang Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Fakta ini menggarisbawahi dampak kemanusiaan yang luar biasa besar dari konflik yang sedang berlangsung. Perang Gaza telah menciptakan tragedi bagi banyak keluarga, dan perlindungan terhadap warga sipil menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.

Di tengah perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas, suara-suara dari komunitas internasional untuk
mengakhiri konflik dan melindungi warga sipil semakin diperlukan. Hanya melalui pendekatan yang
berfokus pada kemanusiaan dan perdamaian, tragedi yang dialami masyarakat Gaza ini bisa diakhiri, dan
hak-hak dasar manusia dapat terlindungi dengan lebih baik.