Jurnal Tempo – Pertempuran sengit meletus antara militer Pakistan dan pasukan Taliban sejak Sabtu malam, menjadikannya salah satu bentrokan paling serius sejak Taliban kembali berkuasa di Kabul pada 2021. Pakistan menyatakan setidaknya 23 tentaranya gugur, sementara Taliban menyebut sembilan anggotanya tewas. Klaim saling klaim terjadi, dengan Pakistan menyebut telah membunuh ratusan milisi Taliban Insiden ini memicu aksi diplomatik cepat dan sorotan internasional terhadap eskalasi konflik di perbatasan.
Kejadian ini dipicu sejak Pakistan melancarkan serangan udara terhadap lokasi di Kabul dan pasar di wilayah timur Afghanistan. Taliban membantah tudingan bahwa milisi Pakistan beroperasi di wilayahnya.Dalam menanggapi serangan itu, Taliban melakukan penyerangan pos perbatasan Pakistan, sementara militer Pakistan membalas dengan tembakan artileri dan senjata berat. Konflik berlangsung di banyak lokasi sepanjang garis Durand.
Pada Minggu pagi, intensitas pertempuran dilaporkan mereda. Taliban menyatakan mereka menghentikan operasi setelah permintaan dari Qatar dan Arab Saudi.Pejabat Taliban, Zabihullah Mujahid, menyebut bahwa “tidak ada ancaman di wilayah mana pun di Afghanistan. ”Namun, meskipun deklarasi gencatan senjata, di wilayah Kurram, Pakistan, tembakan sporadis masih terdengar.
Setiap pihak mengklaim keberhasilan. Militer Pakistan membagikan video yang katanya menunjukkan pos-pos Afghanistan diserang. Taliban, di sisi lain, mengklaim telah merebut beberapa pos militer Pakistan dan menghancurkan sejumlah pos musuh. Klaim ini belum terverifikasi secara independen, namun kedua belah pihak tampak memanfaatkan propaganda sebagai senjata tambahan untuk mempengaruhi persepsi publik.
Sejak lama Pakistan menuduh Taliban melindungi milisi Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) di wilayah Afghanistan. Namun Taliban membantah semua tuduhan tersebut.Pakistan menyebut ancaman terhadap keamanan dan kedaulatannya di garis perbatasan menjadi alasan tindakan militer. Taliban menyebut operasi Pakistan sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan mereka. Konflik ini menambah daftar panjang gesekan karena garis perbatasan Durand dan tuduhan saling dukung kelompok bersenjata.
Walaupun pertikaian mereda sementara, potensi eskalasi tetap tinggi. Jika konflik tak terkendali, ia bisa memicu intervensi negara tetangga atau memicu krisis kemanusiaan di garis perbatasan. Pakistan telah menutup beberapa jalur perbatasan untuk latihan keamanan dan memblokir perdagangan. Di sisi diplomasi, negara-negara Teluk seperti Qatar dan Arab Saudi terlibat sebagai mediator untuk meredakan ketegangan. Keberhasilan mereka bisa menjadi kunci agar konflik tak melebar ke skala yang lebih besar.
Kesimpulan & Catatan Akhir
Kekerasan terbaru ini mencerminkan betapa rapuhnya stabilitas di perbatasan Afghanistan‑Pakistan. Klaim-klaim besar dari masing-masing pihak sulit diverifikasi, dan perang informasi berjalan secepat senjata. Bagi masyarakat internasional, upaya diplomasi dan transparansi menjadi penopang penting agar guncangan ini tidak berubah menjadi konflik berkepanjangan.