Jurnal Tempo – Baru-baru ini, Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya resmi diterima sebagai mitra baru BRICS, sebuah blok ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Keputusan ini menandakan langkah besar bagi negara-negara berkembang untuk memperkuat kolaborasi ekonomi di tengah perubahan dinamika global. Lalu, apa yang sebenarnya menjadi alasan dan tujuan dari keputusan ini? Apa saja manfaat dan tantangan yang mungkin dihadapi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya dalam kemitraan dengan BRICS? Mari kita bahas lebih dalam mengenai topik ini.
BRICS adalah aliansi ekonomi yang terdiri dari lima negara berkembang utama: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Didirikan pada tahun 2009, BRICS bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan politik antaranggota serta menciptakan keseimbangan baru dalam tatanan ekonomi global yang sebelumnya didominasi oleh negara-negara Barat. BRICS memainkan peran penting dalam perdagangan global karena mewakili sekitar 42% populasi dunia dan 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global.
“Baca juga : Anak Pejabat RI Pilih Jalan Berbeda: Hidup Sederhana dan Ogah Jual Nama Orang Tua.“
Keputusan untuk bergabung dengan BRICS didorong oleh berbagai alasan strategis dan ekonomi. Beberapa faktor yang menjadi latar belakang langkah ini antara lain:
Dengan bergabungnya Indonesia dan beberapa negara ASEAN di BRICS, peluang untuk diversifikasi ekonomi semakin terbuka. Sebagai blok ekonomi yang berusaha menawarkan alternatif dari lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia, BRICS memberikan ruang bagi negara-negara berkembang untuk meningkatkan pengaruh mereka dalam menentukan kebijakan ekonomi global.
Sebagai anggota baru BRICS, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya dapat memperkuat posisi negosiasi mereka dalam perdagangan internasional. Ini menjadi penting di tengah dinamika perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global yang sering kali berdampak negatif terhadap negara berkembang.
Selain bidang perdagangan, BRICS juga dikenal memiliki berbagai inisiatif untuk meningkatkan investasi dan inovasi teknologi. Dengan bergabungnya Indonesia, peluang untuk menarik investasi langsung dari anggota BRICS lainnya, seperti China dan India, menjadi lebih besar. Selain itu, transfer teknologi dan pengembangan infrastruktur juga bisa didorong melalui kolaborasi ini.
Langkah ini tentu tidak lepas dari berbagai potensi dampak, baik positif maupun tantangan yang perlu diantisipasi.
Bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat membuka lebih banyak peluang ekonomi, terutama dalam perdagangan dan investasi. Dengan anggota yang mewakili berbagai kawasan, BRICS menyediakan pasar yang besar bagi produk ekspor Indonesia. Selain itu, akses terhadap pembiayaan alternatif untuk proyek infrastruktur dan pembangunan juga dapat diperoleh melalui Bank Pembangunan Baru (New Development Bank) yang didirikan oleh BRICS.
Meskipun banyak peluang yang bisa diraih, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tetap harus menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan nasional dan regional dengan dinamika politik dan ekonomi global yang berkembang. Kerja sama dalam BRICS bisa membawa risiko jika negara-negara anggota lainnya memiliki kebijakan yang tidak sejalan dengan kepentingan Indonesia.
Bergabungnya Indonesia dan ASEAN ke dalam BRICS juga berpotensi memengaruhi hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. Meskipun BRICS tidak bertujuan untuk menjadi saingan langsung Barat, peningkatan pengaruhnya dapat memicu respon yang berdampak pada hubungan perdagangan dan investasi.
Langkah Indonesia bergabung dengan BRICS tentu memiliki beberapa tujuan strategis yang ingin dicapai, di antaranya:
Dengan BRICS, Indonesia bisa lebih leluasa dalam mendapatkan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur, terutama melalui Bank Pembangunan Baru yang dimiliki BRICS. Ini membantu Indonesia untuk tidak terlalu bergantung pada satu sumber pembiayaan internasional saja, seperti IMF atau Bank Dunia.
Sebagai bagian dari BRICS, Indonesia juga dapat memainkan peran yang lebih besar dalam meningkatkan konektivitas ekonomi antara ASEAN dan negara-negara BRICS. Ini termasuk meningkatkan jalur perdagangan, infrastruktur, dan kolaborasi di bidang teknologi.
BRICS sering kali memfokuskan agenda kerjasama pada isu-isu energi dan pangan yang krusial bagi negara berkembang. Sebagai negara yang kaya sumber daya alam, Indonesia dapat berkontribusi dalam upaya memperkuat ketahanan energi dan pangan global.
Seiring dengan bergabungnya Indonesia dan ASEAN ke BRICS, prospek dan tantangan baru akan muncul. Beberapa hal yang perlu diwaspadai di masa depan antara lain: