Bapanas Ungkap 29 Ribu Ton Beras Bulog Turun Mutu, 1,45 Juta Ton Masih Menumpuk di Gudang
Jurnal Tempo – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa sebanyak 29,99 ribu ton beras pemerintah di gudang Perum Bulog mengalami penurunan mutu. Data ini merupakan hasil tindak lanjut dari temuan Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, yang sebelumnya melakukan inspeksi ke Gudang Bulog Ternate pada 23 September 2025. Setelah temuan itu, Bapanas segera menggelar rapat koordinasi pada 2 Oktober 2025 untuk mengevaluasi kondisi beras yang tersimpan.
Menurut Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, beras yang turun mutu terdiri dari 3 ribu ton beras dalam negeri dan 26,89 ribu ton beras impor. Ia menjelaskan bahwa beras-beras tersebut akan menjalani proses reprocessing atau pengolahan ulang agar kembali layak disalurkan kepada masyarakat. “Beras yang mengalami turun mutu akan dilakukan reprocessing dalam rangka memperbaiki mutu ketika akan disalurkan,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendagri, Senin (6/10).
Selain soal penurunan kualitas, Bapanas juga mengungkapkan adanya penumpukan beras sebanyak 1,45 juta ton di gudang Bulog yang telah disimpan lebih dari enam bulan. Jumlah tersebut mencapai 37,95 persen dari total stok beras nasional yang saat ini mencapai 3,84 juta ton. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan risiko penurunan mutu jika penyimpanan berlangsung lebih lama.
Baca Juga : Asian Boxing Tegaskan Perbati Satu-satunya Organisasi Tinju Indonesia yang Diakui Dunia
Bapanas menekankan bahwa Bulog perlu melakukan pengujian kualitas cadangan beras pemerintah (CBP) secara berkala. Langkah ini penting untuk memastikan beras yang nantinya disalurkan kepada masyarakat tetap memenuhi standar sensori, mutu, dan keamanan pangan. “Perum Bulog perlu melakukan pengujian kualitas CBP secara berkala agar beras yang disalurkan layak untuk dikonsumsi,” jelas Nita.
Inspeksi lapangan yang dilakukan Komisi IV DPR RI juga menemukan sekitar 1.200 ton beras lokal yang tersimpan sejak Mei 2024 di Gudang Bulog Ternate. Dari hasil pengecekan, sebagian beras tersebut telah berubah warna menjadi abu-abu, menandakan adanya penurunan kualitas akibat penyimpanan jangka panjang. Sebaliknya, stok beras impor di gudang yang sama masih terjaga dengan kondisi baik.
Temuan ini semakin menegaskan pentingnya sistem rotasi dan pengawasan ketat terhadap cadangan beras nasional. Titiek Soeharto menyoroti perlunya penyimpanan yang memenuhi standar suhu dan kelembapan, agar mutu beras tetap stabil dalam jangka panjang.
Menanggapi temuan tersebut, Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, mengakui adanya penurunan kualitas pada sebagian beras di gudang Ternate. Ia memastikan bahwa pihaknya telah melakukan langkah cepat melalui proses pengolahan ulang (reprocessing) agar beras kembali layak dikonsumsi.
“Ada, betul (1.200 ton beras turun kualitas). Sekarang sedang di-processing ulang. Kita olah kembali supaya layak disalurkan kepada masyarakat,” ujar Rizal di Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Senin (29/9). Ia juga menegaskan bahwa Bulog berkomitmen menjaga keamanan pangan dan kepercayaan publik melalui prosedur perbaikan mutu sebelum beras disalurkan.
Rizal menjelaskan bahwa beras hasil pengolahan ulang nantinya akan didistribusikan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta Bantuan Pangan (Banpang). Kedua program tersebut menjadi bagian dari strategi nasional dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Ia menegaskan bahwa Bulog berupaya menyalurkan beras dalam kondisi terbaik agar penerima manfaat mendapatkan pasokan pangan berkualitas. “Kami pastikan sebelum beras disalurkan, semuanya sudah melewati proses pengolahan ulang sesuai standar mutu,” ujarnya.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah dan Bulog untuk memperkuat sistem logistik, pengawasan gudang, dan distribusi pangan nasional. Pengawasan yang ketat diharapkan dapat mencegah penurunan kualitas beras di masa depan, terutama mengingat cadangan pangan nasional memiliki peran vital dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sosial.
Dengan evaluasi yang dilakukan Bapanas dan langkah cepat dari Bulog, diharapkan sistem penyimpanan beras pemerintah dapat semakin efisien dan aman. Ke depan, peningkatan infrastruktur gudang dan penerapan standar mutu internasional menjadi kunci utama untuk mencegah terulangnya kasus serupa.