Jurnal Tempo – Liturgi malam penyegelan peti jenazah Paus Fransiskus merupakan momen penting dalam tradisi Gereja Katolik. Prosesi ini menjadi bagian penghormatan terakhir kepada pemimpin tertinggi umat Katolik. Bukan sekadar seremoni biasa, acara ini memuat refleksi mendalam atas perjalanan rohani seorang Paus. Dengan adanya penyegelan, Gereja ingin menandai berakhirnya pelayanan dan pengabdian Paus di dunia. Biasanya, acara ini berlangsung di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Ribuan umat berkumpul dalam keheningan untuk memberikan penghormatan terakhir. Selain itu, berbagai unsur dalam liturgi memperkaya makna spiritual upacara ini. Lilin-lilin yang dinyalakan melambangkan terang Kristus. Kemudian, salib diletakkan di atas peti sebagai lambang kemenangan atas maut. Sementara itu, doa-doa yang dipanjatkan mencerminkan harapan akan kehidupan kekal di sisi Allah.
“Baca Juga : Dana APBN untuk Kopdes Merah Putih, Sri Mulyani”
Penyegelan peti bukan hanya tindakan fisik, melainkan juga penuh simbolisme rohani. Di dalamnya, rogito atau dokumen tentang hidup Paus dimasukkan sebagai bentuk penghormatan. Selain itu, salib yang ditempatkan di atas peti menegaskan iman yang kokoh. Proses ini menunjukkan bahwa tugas duniawi Paus telah selesai. Setiap tahapan dilakukan dalam suasana penuh doa dan kekhusyukan. Umat mengiringi dengan mazmur dan doa Rosario yang meresapi ruangan. Oleh karena itu, penyegelan mencerminkan persatuan Gereja dalam duka dan harapan akan kehidupan kekal.
Liturgi dimulai dengan pembacaan Kitab Suci yang mengangkat tema kematian dan kebangkitan. Setelah itu, imam utama membacakan doa pengantaran jiwa Paus Fransiskus. Rogito kemudian dibacakan dengan khidmat di hadapan umat yang hadir. Selanjutnya, peti disegel secara resmi oleh pejabat Gereja menggunakan lilin cair. Kemudian, umat diberi kesempatan menghampiri peti untuk memberikan penghormatan terakhir. Suasana hening, hanya diiringi dengan alunan mazmur pujian. Akhirnya, liturgi ditutup dengan doa pengutusan yang memohon keselamatan jiwa Paus.
“Simak juga: Moto G45 5G: Review Langsung HP dengan UI Berbeda”
Rogito memiliki makna istimewa dalam prosesi ini. Dokumen tersebut mencatat riwayat pelayanan, keputusan penting, serta jasa besar Paus selama hidupnya. Biasanya, rogito ditulis dalam bahasa Latin dan dimasukkan ke dalam peti. Dengan demikian, rogito menjadi pengingat akan warisan rohani yang ditinggalkan Paus bagi Gereja. Selain itu, dokumen ini akan tetap bersama jenazah Paus untuk selamanya.
Kardinal dan uskup memegang peranan penting selama prosesi ini berlangsung. Mereka memimpin doa-doa utama serta membimbing umat dalam liturgi. Selain itu, para pejabat Gereja ini bertugas membacakan teks resmi tentang kehidupan Paus. Kehadiran mereka memperkuat rasa persatuan dan kekhidmatan upacara. Di sisi lain, doa-doa yang mereka lantunkan membawa penghiburan mendalam bagi umat yang berduka.
Lilin-lilin yang dinyalakan selama liturgi memiliki makna teologis yang kuat. Terang lilin melambangkan Kristus sebagai cahaya dunia yang mengalahkan kegelapan maut. Oleh karena itu, lilin menjadi simbol harapan dan kehidupan abadi. Dalam suasana gelap, cahaya lilin memberi kekuatan spiritual kepada seluruh umat yang hadir.
Salib ditempatkan dengan hati-hati di atas peti jenazah Paus. Lambang ini mengingatkan semua orang akan kemenangan Kristus atas maut. Selain itu, salib menegaskan keyakinan Gereja pada kebangkitan badan. Meskipun suasana berduka, salib menjadi tanda pengharapan bagi semua umat yang berkabung.
Selama prosesi, umat bersama para rohaniwan mendaraskan doa Rosario dengan penuh khusyuk. Rosario membantu umat merenungkan misteri kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Selain itu, untaian doa ini membawa penghiburan serta menguatkan iman di tengah duka. Setiap bait Rosario menjadi penyerahan jiwa Paus ke dalam tangan Allah.
Mazmur-mazmur dinyanyikan sepanjang liturgi sebagai bentuk pujian kepada Allah Sang Pencipta. Kata-kata dalam mazmur membangkitkan kekuatan dan ketenangan dalam hati umat. Selain itu, nyanyian mazmur mempertegas iman akan kasih Allah yang tidak berkesudahan. Dengan melantunkan mazmur, umat menunjukkan rasa syukur atas hidup Paus yang penuh pengabdian.
Umat Katolik dari berbagai negara hadir untuk menyaksikan prosesi suci ini. Kehadiran mereka menunjukkan kasih dan penghormatan universal terhadap Paus Fransiskus. Selain itu, hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan Paus berdampak luas hingga ke pelosok dunia. Bersama-sama, umat berdoa agar jiwa Paus diterima dalam damai abadi.