Jurnal Tempo – Banyak orang mengira kekayaan hanya bisa diraih mereka yang bergaji besar. Namun, Warren Buffett justru mematahkan anggapan itu. Ia membangun hartanya bukan dari gaji tinggi, melainkan dari kebiasaan finansial yang konsisten. Sejak muda, Buffett memahami bahwa uang adalah alat, bukan tujuan. Karena itu, ia fokus pada cara mengelola setiap dolar dengan bijak. Prinsip ini relevan bagi pekerja dengan penghasilan pas-pasan. Alih-alih mengejar gaya hidup, Buffett menekankan disiplin dan kesabaran. Dengan begitu, siapa pun bisa memulai perjalanan membangun kekayaan dari kondisi apa pun. Bahkan, menurut Buffett, waktu dan konsistensi jauh lebih penting daripada nominal gaji. Inilah alasan mengapa pola pikir menjadi fondasi utama sebelum berbicara soal investasi.
Memulai Investasi Kecil Sejak Dini
Warren Buffett sering menyebut waktu sebagai sahabat terbaik investor. Ia percaya bahwa bunga majemuk bekerja paling efektif ketika diberi waktu panjang. Oleh sebab itu, memulai investasi sejak dini menjadi langkah krusial, meski dengan nominal kecil. Banyak pekerja ragu berinvestasi karena merasa uangnya tidak cukup. Padahal, Buffett menunjukkan bahwa konsistensi lebih penting daripada jumlah awal. Dengan menyisihkan sedikit penghasilan secara rutin, efek bola salju akan terbentuk perlahan. Seiring waktu, hasil investasi mulai berkembang dan memberi ruang finansial lebih luas. Bahkan, sebagian besar kekayaan Buffett justru tumbuh pesat setelah usia 50 tahun. Artinya, kesabaran dan keberlanjutan adalah kunci utama dalam perjalanan investasi jangka panjang.
“Baca Juga : The Fed Pangkas Suku Bunga: Sinyal Baru, Ruang Gerak Semakin Sempit”
Hidup Hemat untuk Membeli Kebebasan Finansial
Meski dikenal sebagai miliarder, gaya hidup Warren Buffett tetap sederhana. Ia masih tinggal di rumah yang sama sejak puluhan tahun lalu. Pilihan ini bukan soal pelit, melainkan soal prioritas. Buffett memahami bahwa setiap pengeluaran mencerminkan nilai hidup seseorang. Bagi pekerja dengan gaji terbatas, hidup hemat bukan berarti menyiksa diri. Sebaliknya, ini tentang mengarahkan uang ke hal yang benar-benar penting. Dengan menekan gaya hidup konsumtif, ruang untuk menabung dan berinvestasi pun terbuka. Selain itu, hidup sederhana memberi ketenangan mental. Tidak ada tekanan untuk selalu tampil mewah. Pada akhirnya, kebebasan finansial lahir dari keputusan kecil yang konsisten, bukan dari pamer kemewahan.
Menjauhi Utang Berbunga Tinggi Sejak Awal
Buffett sangat tegas soal utang, terutama yang berbunga tinggi seperti kartu kredit. Ia bahkan menyebut bunga 18 hingga 20 persen sebagai jebakan finansial yang berbahaya. Menurutnya, melunasi utang semacam ini memberikan “imbal hasil” lebih besar dibanding investasi apa pun. Bagi pekerja bergaji pas-pasan, utang berbunga tinggi bisa menggerus masa depan. Karena itu, Buffett menyarankan untuk menjadikan pelunasan utang sebagai prioritas utama. Dengan terbebas dari utang, arus kas menjadi lebih sehat. Selain itu, pikiran pun lebih tenang. Setelah fondasi ini kuat, barulah investasi dapat berjalan optimal. Tanpa beban utang, setiap rupiah bekerja untuk masa depan, bukan untuk bunga.
“Baca Juga : Shell dan Pertamina: BBM Impor Siap Mengalir ke SPBU Indonesia”
Berinvestasi pada Diri Sendiri untuk Naik Kelas
Menurut Buffett, aset paling berharga adalah diri sendiri. Keterampilan dan pengetahuan tidak bisa tergerus inflasi. Oleh karena itu, meningkatkan kapasitas diri menjadi strategi penting, terutama bagi pekerja dengan gaji terbatas. Investasi ini bisa berupa kursus, sertifikasi, atau pengalaman baru. Dengan keterampilan yang lebih baik, peluang kenaikan gaji atau penghasilan tambahan terbuka lebar. Selain itu, peningkatan kompetensi memberi rasa percaya diri. Buffett percaya bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan mempercepat proses membangun kekayaan. Namun, semuanya berawal dari kemauan belajar. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan beradaptasi menjadi modal utama untuk naik kelas secara finansial.
Kesederhanaan dan Konsistensi dalam Mengelola Uang
Warren Buffett dikenal menghindari hal-hal rumit yang tidak ia pahami. Prinsip ini juga berlaku dalam keuangan pribadi. Ia memilih strategi sederhana, lalu menjalaninya dengan konsisten. Bagi pekerja bergaji pas-pasan, pendekatan ini sangat relevan. Tidak perlu mengejar instrumen investasi kompleks atau tren sesaat. Fokuslah pada aset berkualitas dan tujuan jangka panjang. Selain itu, Buffett selalu menyiapkan dana tunai sebagai penyangga saat keadaan darurat. Kebiasaan ini melindungi dari keputusan finansial impulsif. Dengan kombinasi kesederhanaan dan disiplin, kekayaan tumbuh perlahan namun pasti. Seperti pesan Buffett, kesuksesan finansial bukan soal kecepatan, melainkan ketahanan.