Jurnal Tempo – Program Kopdes Merah Putih terus menuai dukungan dari berbagai kalangan. Salah satu yang paling terlihat adalah antusiasme masyarakat desa. Saat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Pangan menyatakan optimisme terhadap keberhasilan program ini, respons warga lokal sangat positif. Warga menganggap inisiatif ini sebagai langkah tepat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Mereka percaya bahwa sinergi antara pemerintah dan masyarakat dapat menghasilkan dampak nyata bagi desa. Dengan pendekatan yang benar dan strategi terencana, program ini dinilai mampu menjawab kebutuhan mendasar petani dan nelayan.
Kepercayaan masyarakat ini menjadi modal utama dalam merealisasikan visi besar tersebut. Apalagi, program ini tak hanya bersifat top-down. Tapi juga melibatkan partisipasi aktif warga dalam setiap tahap pelaksanaannya. Sebagian besar masyarakat merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk bergerak bersama. Tidak sedikit juga yang mulai mengajak tetangga dan kerabat untuk bergabung. Ini menunjukkan bahwa gerakan ini telah mengakar di tingkat komunitas. Dengan begitu, keberlanjutan program lebih terjamin dalam jangka panjang.
“Baca Juga : Jelang Salat Idulfitri, Menag Imbau Jemaah Tiba Lebih Awal di Masjid Istiqlal”
Menteri Koordinator Bidang Pangan menunjukkan keseriusannya dengan mengunjungi langsung beberapa desa penerima program. Dalam kunjungan tersebut, beliau berdialog langsung dengan petani dan pengelola lahan. Ia mendengarkan keluhan, harapan, serta menyerap aspirasi dari akar rumput. Pendekatan ini menunjukkan adanya komitmen untuk tidak sekadar membuat kebijakan di atas kertas. Tetapi benar-benar memastikan bahwa pelaksanaan di lapangan berjalan sesuai harapan. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, baik dari kementerian, swasta, maupun lembaga lokal. Semua pihak diharapkan punya peran dalam memastikan keberhasilan program ini. Kunjungan ini menambah keyakinan masyarakat bahwa pemerintah serius dan hadir di tengah mereka. Tak hanya sebagai pengatur, tapi juga sebagai mitra sejati dalam pembangunan.
Program ini tidak sekadar mengandalkan bantuan langsung tunai atau subsidi. Melainkan menciptakan ekosistem pangan yang berkelanjutan dan berdikari. Dalam konsepnya, Kopdes Merah Putih mendorong pembangunan infrastruktur pertanian dan akses pasar. Selain itu, pelatihan dan peningkatan kapasitas juga diberikan secara berkala kepada petani. Tujuannya adalah menciptakan petani yang mandiri, adaptif, dan inovatif dalam menghadapi tantangan zaman. Salah satu strategi utama adalah memperkuat produksi lokal agar tidak bergantung pada impor. Dengan begitu, desa-desa menjadi pusat kekuatan ekonomi baru. Apalagi, ketahanan pangan harus dibangun dari bawah. Dari desa ke kota, bukan sebaliknya. Ini pula yang menjadi nilai penting dari program ini.
“Simak juga: Pro-Kontra Masyarakat terhadap Eskalator di Candi Borobudur”
Salah satu faktor utama yang membuat masyarakat antusias adalah karena mereka merasakan manfaat nyata dari program. Bantuan alat pertanian, bibit unggul, hingga pelatihan langsung sangat diapresiasi. Warga merasa diperhatikan dan tidak hanya dijadikan objek kebijakan. Mereka dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Hal ini menciptakan rasa kepemilikan yang kuat. Bahkan, beberapa desa mulai berinisiatif membuat kelompok kerja sendiri. Dengan harapan bisa lebih mandiri dan cepat dalam menindaklanjuti kebutuhan lapangan. Banyak tokoh masyarakat menyatakan bahwa pendekatan seperti ini sudah lama mereka harapkan. Kini, impian itu mulai menjadi kenyataan. Terutama karena mereka tidak lagi merasa sendirian dalam membangun desa.
Meskipun antusiasme tinggi, sejumlah pihak menekankan bahwa keberhasilan program sangat tergantung pada konsistensi. Pemerintah pusat dan daerah harus rutin melakukan monitoring dan pendampingan. Tanpa hal tersebut, banyak inisiatif bagus yang akhirnya gagal di tengah jalan. Karena itu, pembentukan tim pendamping lokal menjadi hal penting yang terus didorong. Tim ini terdiri dari para penyuluh, ahli pertanian, serta tokoh muda desa yang memiliki kapasitas dan semangat tinggi. Mereka akan menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Menyampaikan kebijakan dari atas ke bawah, sekaligus menyampaikan aspirasi dari bawah ke atas. Inilah bentuk tata kelola yang partisipatif. Sesuatu yang sering hilang dalam berbagai proyek pembangunan sebelumnya.