Jurnal Tempo – Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera pada akhir November 2025 meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat. Di tengah situasi darurat tersebut, BUMN Karya bergerak cepat untuk memastikan negara hadir di saat paling dibutuhkan. PT Nindya Karya menjadi salah satu perusahaan yang langsung turun ke lapangan sejak H+3 pascakejadian. Kehadiran cepat ini bukan sekadar simbol, melainkan langkah nyata untuk menjawab kebutuhan mendesak warga. Dengan mengerahkan tim lapangan, peralatan berat, serta bantuan logistik, perusahaan berupaya memutus rantai keterisolasian wilayah terdampak. Transisi dari fase tanggap darurat menuju pemulihan awal menjadi fokus utama. Dalam kondisi akses terbatas dan cuaca yang belum bersahabat, langkah cepat tersebut memberi rasa aman sekaligus harapan baru bagi masyarakat yang terdampak.
Sinergi Lintas Lembaga untuk Bantuan Tepat Sasaran
Upaya pemulihan di Sumatera tidak dilakukan secara sendiri-sendiri. PT Nindya Karya membangun sinergi erat bersama Kementerian Pekerjaan Umum, Holding BUMN Danareksa, Danantara–BUMN, serta BUMN Karya lainnya. Kolaborasi ini memastikan setiap bantuan bergerak dalam satu komando dan menjangkau titik yang paling membutuhkan. Dengan koordinasi lintas lembaga, distribusi bantuan dapat berjalan lebih efisien dan berkelanjutan. Bantuan tidak hanya berhenti pada kebutuhan jangka pendek, tetapi juga mendukung pemulihan infrastruktur vital. Pendekatan kolaboratif ini mempercepat pengambilan keputusan di lapangan, terutama saat harus menembus wilayah dengan akses terputus. Di tengah situasi krisis, sinergi tersebut menjadi fondasi penting agar bantuan tidak tumpang tindih dan benar-benar memberi dampak nyata bagi masyarakat Sumatera.
“Baca Juga : Kelistrikan Aceh Mulai Pulih, Harapan Menyala Kembali Pascabencana”
Penyaluran Logistik untuk Menopang Kehidupan Warga
Di fase awal tanggap darurat, kebutuhan dasar masyarakat menjadi prioritas utama. PT Nindya Karya menyalurkan bantuan logistik berupa sembako dan pakaian layak pakai ke lokasi pengungsian dan permukiman warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Distribusi dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi medan dan keterbatasan akses. Setiap paket bantuan membawa pesan bahwa masyarakat tidak sendirian menghadapi bencana. Di tengah keterbatasan, bantuan tersebut membantu warga bertahan, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Transisi dari kepanikan menuju ketenangan perlahan terbentuk ketika kebutuhan dasar mulai terpenuhi. Bagi para penyintas, bantuan logistik bukan hanya soal isi paket, tetapi juga simbol kepedulian dan kehadiran negara melalui BUMN Karya.
Pengerahan Alat Berat untuk Membuka Akses Terputus
Selain bantuan logistik, peran krusial BUMN Karya terlihat dalam penanganan darurat infrastruktur. PT Nindya Karya mengerahkan puluhan unit alat berat seperti excavator, dump truck, wheel loader, grader, hingga buldoser di wilayah terdampak. Alat-alat ini bekerja tanpa henti membuka jalan yang tertutup longsor, membersihkan material sisa bencana, serta melakukan pengerukan sungai untuk mencegah banjir susulan. Di Sumatera Utara, pembangunan Jembatan Bailey di Batang Toru menjadi langkah strategis untuk memulihkan konektivitas warga. Akses yang kembali terbuka memungkinkan distribusi bantuan berjalan lebih lancar dan aktivitas ekonomi perlahan bangkit. Setiap jalan yang kembali bisa dilalui adalah langkah kecil menuju pemulihan yang lebih besar.
“Baca Juga : Pertamina Patra Niaga Kebuti Distribusi Elpiji ke Aceh di Tengah Tantangan Bencana”
Posko dan Dapur Umum sebagai Ruang Aman Warga
Pemulihan pascabencana tidak hanya menyentuh aspek fisik, tetapi juga sisi kemanusiaan. PT Nindya Karya mendirikan Posko dan Dapur Umum Nindya Peduli di Batang Toru, Sumatera Utara. Posko ini menyediakan makanan hangat, air bersih, serta ruang aman bagi warga untuk beristirahat. Di tempat ini, warga tidak hanya mengisi perut, tetapi juga saling menguatkan secara emosional. Perusahaan turut menghadirkan kegiatan hiburan bagi anak-anak sebagai bagian dari pemulihan psikososial. Tawa anak-anak di tengah keterbatasan menjadi penanda bahwa harapan masih hidup. Kehadiran posko ini memperlihatkan bahwa pemulihan sejati juga berarti memulihkan semangat dan rasa kemanusiaan masyarakat terdampak.
Komitmen Manajemen Mengawal Pemulihan Berkelanjutan
Komitmen PT Nindya Karya tercermin dari kehadiran langsung jajaran manajemen di lokasi bencana. Direktur Utama Firmansyah dan jajaran direksi turun ke lapangan untuk memastikan seluruh bantuan berjalan sesuai kebutuhan warga. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemulihan pascabencana bukan sekadar program, melainkan tanggung jawab moral. Manajemen memandang pemulihan sebagai proses jangka panjang yang menuntut konsistensi dan empati. Dengan dukungan infrastruktur, logistik, dan pendampingan sosial, perusahaan berupaya membantu masyarakat bangkit secara bertahap. BUMN Karya tidak hanya membangun kembali jalan dan jembatan, tetapi juga ikut menenun kembali harapan masyarakat Sumatera yang sempat runtuh akibat bencana.