Dua Bayi Meninggal Digigit Tikus di ICU, Keluarga Tuding RS Lalai

Jurnal Tempo – Kabar meninggalnya dua bayi perempuan di ruang ICU Rumah Sakit MY (MYH), India, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban. Namun, duka itu perlahan berubah menjadi kecurigaan ketika Sajid Khan, ayah salah satu bayi, menemukan luka-luka kecil di tubuh putrinya saat kain kafan dibuka sebelum pemakaman. Ia mengingat kembali bagaimana pihak rumah sakit hanya menyebut infeksi darah sebagai penyebab kematian, tanpa sedikit pun memberi tahu adanya gigitan tikus di ruang perawatan intensif tersebut. Temuan luka itu membuat keluarga merasa ditipu dan dibohongi. Situasi makin berat ketika Khan harus menjelaskan kondisi tersebut kepada istrinya, yang langsung terpukul dan jatuh dalam kondisi syok. Dalam suasana duka yang getir, keluarga mulai mempertanyakan bagaimana ruang ICU yang seharusnya paling aman justru menjadi tempat ancaman baru bagi bayi mereka.

Dugaan Gigitan Tikus dan Respons Kontroversial Rumah Sakit

Menurut laporan pejabat setempat, kedua bayi diduga digigit tikus pada malam 31 Agustus hingga 1 September 2025. Luka itu disebut memperburuk kondisi bayi yang memang sudah memiliki kelainan bawaan. Namun, rumah sakit bersikeras bahwa kematian mereka murni akibat kondisi medis yang serius, bukan karena gigitan hewan pengerat tersebut. Perbedaan narasi inilah yang memicu kemarahan keluarga dan organisasi masyarakat, terutama karena informasi penting itu tidak disampaikan sejak awal. Keluarga merasa bahwa tindakan rumah sakit bukan hanya lalai, tetapi juga menutupi fakta yang seharusnya mereka ketahui sebagai orang tua. Sikap defensif pihak rumah sakit semakin memperburuk hubungan dengan keluarga korban, membuka ruang bagi tuntutan publik yang meminta pertanggungjawaban.

“Baca Juga : Gerakan Baliho PSI Mulai Menyasar Seluruh Kecamatan”

Temuan Luka yang Mengubah Segalanya

Sajid Khan awalnya menerima penjelasan rumah sakit dan menolak proses otopsi karena percaya pada laporan kematian putrinya. Namun, semuanya berubah ketika kain kafan dibuka. Luka-luka kecil yang tampak di jari dan telapak tangan bayi membuat hati Khan remuk sekaligus marah. Ia menyadari bahwa putrinya telah mengalami sesuatu yang tidak pernah diberitahukan kepadanya. Perasaan bersalah pun muncul karena ia merasa menyerahkan anaknya ke tempat yang seharusnya aman, namun justru membahayakannya. Khan menceritakan bagaimana istrinya tak berhenti menangis saat mengetahui kenyataan tersebut. Rasa kehilangan pun berubah menjadi dorongan kuat untuk mencari keadilan. Ia berkata bahwa tindakan rumah sakit bukan sekadar kelalaian, melainkan pengkhianatan terhadap keluarga yang mempercayakan nyawa anak mereka.

Teriakan Keadilan dari Keluarga dan Komunitas

Merasa diperlakukan tidak adil, Khan mendatangi Kantor Pengadilan Distrik Indore didampingi organisasi Jai Adivasi Yuva Shakti (JAYS). Ia menyampaikan keluhan resmi serta menuntut investigasi menyeluruh terhadap manajemen rumah sakit. Dukungan dari organisasi masyarakat membuat kasus ini semakin diperhatikan publik. JAYS menilai tragedi ini bukan insiden biasa, tetapi cerminan buruknya standar kebersihan dan pengawasan rumah sakit pemerintah. Mereka menuntut pemberhentian sementara sejumlah pejabat senior termasuk pengawas rumah sakit, karena dianggap gagal menjamin keamanan ruang ICU. Dalam berbagai pertemuan, keluarga korban terus menegaskan bahwa mereka ingin kepastian, kejujuran, dan jaminan agar tidak ada keluarga lain yang mengalami nasib serupa.

“Baca Juga : Mantan Ketua KPK Antasari Azhar Tutup Usia”

Pemerintah Turun Tangan dan Menjanjikan Investigasi

Kasus ini membuat pemerintah negara bagian ikut turun tangan. Hakim Distrik Indore, Shivam Verma, menyatakan bahwa pemerintah telah menyalurkan kompensasi kepada keluarga korban dan menunggu laporan lengkap dari tim investigasi tingkat negara bagian. Pemerintah menegaskan akan menindak pihak rumah sakit jika ditemukan kelalaian, sembari memastikan bahwa fasilitas medis harus menjamin keamanan pasien, terutama bayi yang kondisinya sangat rentan. Di sisi lain, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menunggu hasil resmi penyelidikan. Langkah ini menjadi titik awal upaya meredakan ketegangan, meski keluarga korban menilai kompensasi saja tidak cukup untuk menghapus rasa kehilangan yang mereka alami.

Tuntutan Reformasi dan Perbaikan Fasilitas Kesehatan

Kasus ini memunculkan desakan besar agar standar kebersihan dan keamanan rumah sakit pemerintah dievaluasi kembali. Organisasi masyarakat dan warga setempat menuntut adanya reformasi menyeluruh, mulai dari pengendalian hama hingga pengawasan ruang ICU yang selama ini dianggap kurang ketat. Keluarga korban berharap peristiwa tragis ini menjadi momen refleksi besar bagi sistem pelayanan kesehatan. Mereka percaya bahwa nyawa bayi tidak seharusnya melayang hanya karena persoalan dasar seperti kebersihan dan pengamanan ruangan. Tragedi ini pun membuka dialog baru tentang pentingnya pemeliharaan fasilitas rumah sakit agar kejadian serupa tidak kembali terjadi. Dari rasa kehilangan itu, muncul harapan baru untuk perbaikan yang lebih besar bagi banyak keluarga di masa mendatang.

Similar Posts