Jurnal Tempo – Brussels kembali menjadi pusat perhatian dunia ketika aksi mogok kerja nasional memasuki hari ketiga dan menjadi penutup rangkaian demonstrasi serikat pekerja Belgia. Sejak pagi, suasana kota tampak berbeda. Transportasi publik terhenti, sekolah-sekolah memilih tutup, dan ribuan warga tidak bisa bekerja seperti biasa. Aksi besar yang direncanakan pada sore hari membuat pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penumpukan massa. Mogok nasional ini bukan sekadar aksi protes, tetapi juga cerminan keresahan pekerja atas rencana reformasi pensiun yang dianggap merugikan. Dengan tekanan yang semakin kuat, warga merasakan bagaimana ketegangan politik dapat mengubah ritme kehidupan mereka dalam hitungan jam.
Pemicu Aksi: Reformasi Pensiun dan Pasar Tenaga Kerja
Protes besar ini dipicu reformasi yang diusulkan pemerintahan koalisi di bawah Perdana Menteri Bart De Wever. Serikat pekerja menilai rencana tersebut akan memaksa pekerja bekerja lebih lama dengan jaminan masa depan yang semakin minim. Melalui pernyataan resmi, serikat ABVV-FGTB menegaskan bahwa kebijakan pemerintah mengancam stabilitas sosial. Menurut mereka, pekerja diminta berkorban tanpa jaminan layak terkait pensiun, kesehatan, maupun daya beli. Karena itu, aksi mogok besar dipilih untuk menyampaikan pesan keras kepada pemerintah. Ketegangan meningkat karena serikat pekerja mengaku tidak dilibatkan dalam dialog, sehingga mendorong demonstrasi semakin masif.
“Baca Juga : Mengapa Foodcourt Selalu Berada di Lantai Teratas Mal? Ini Alasan Sebenarnya”
Bandara Brussels Lumpuh, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
Dampak mogok paling terasa di sektor penerbangan. Brussels Airport membatalkan seluruh jadwal keberangkatan dan menghentikan lebih dari setengah penerbangan kedatangan. Penumpang yang telah menunggu sejak dini hari harus menerima kenyataan bahwa perjalanan mereka tertunda tanpa kepastian. Sementara itu, Charleroi Airport juga mengalami kekacauan karena kekurangan staf. Bandara tidak dapat menjamin jadwal pendaratan maupun lepas landas, sehingga maskapai memilih menunda atau membatalkan penerbangan secara massal. Situasi ini menambah daftar panjang gangguan publik yang terjadi selama aksi mogok, menciptakan efek domino bagi pelancong, pelaku bisnis, hingga keluarga yang hendak bepergian.
Sekolah dan Layanan Publik Turut Terhenti
Tidak hanya bandara, mogok nasional menyebabkan banyak sekolah menutup kelas karena staf pendidikan bergabung dalam aksi. Transportasi publik seperti bus dan kereta juga berhenti beroperasi, membuat warga kesulitan berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain. Pelayanan publik di sektor swasta dan pemerintahan ikut terganggu. Media lokal menyebut hari ketiga mogok sebagai fase paling berat karena cakupan gangguan meluas dibanding hari sebelumnya. Banyak orang tua harus bekerja dari rumah atau mencari alternatif mendadak untuk menjaga anak-anak mereka. Kondisi ini memperlihatkan betapa luasnya pengaruh aksi pekerja terhadap dinamika sebuah kota.
“Baca Juga : Gerakan Baliho PSI Mulai Menyasar Seluruh Kecamatan”
Kekecewaan Serikat Pekerja terhadap Pemerintah
Di tengah aksi yang semakin meluas, ketua serikat pekerja ACLVB, Gert Truyens, menyampaikan penyesalannya karena pemerintah tidak membuka ruang diskusi. Ia menilai kebijakan reformasi disusun tanpa memahami realitas hidup pekerja. Truyens menegaskan bahwa dialog seharusnya menjadi bagian penting dalam proses legislasi. Ketika partisipasi pekerja dihilangkan, keputusan pemerintah otomatis kehilangan legitimasi moral. Hal inilah yang membuat serikat pekerja bersatu dalam aksi besar-besaran. Dengan tekanan publik yang meningkat, tuntutan mereka kini menjadi isu nasional yang wajib diperhatikan semua pihak, terutama dalam negosiasi lanjutan mengenai kebijakan pensiun.
Kebijakan Anggaran Baru Memicu Reaksi Tambahan
Selain reformasi pensiun, serikat pekerja juga menolak rencana anggaran pemerintah tahun depan. Kebijakan baru tersebut mencakup pajak tambahan untuk sektor perbankan serta kenaikan pajak tiket pesawat dan gas alam. Pemerintah menilai langkah itu penting untuk menurunkan defisit hingga 9,2 miliar euro pada 2029. Namun serikat pekerja menyebut kebijakan itu membebani masyarakat di tengah krisis biaya hidup. Bank sentral Belgia memperkirakan defisit anggaran mencapai 4,5 persen dari PDB, sementara rasio utang negara meningkat hingga 104,7 persen. Kondisi ini membuat pemerintah berusaha menyeimbangkan anggaran, tetapi pekerja menilai beban penghematan tidak dibagi secara adil.
Mogok Nasional dan Masa Depan Hubungan Industri Belgia
Aksi mogok besar ini membuka babak baru dalam hubungan pekerja dan pemerintah Belgia. Banyak pihak melihat protes ini sebagai titik balik penting dalam menentukan arah kebijakan sosial negara. Serikat pekerja menuntut reformasi yang lebih manusiawi, sementara pemerintah berusaha menekan defisit tanpa menghancurkan stabilitas ekonomi. Di tengah ketidakpastian ini, warga berharap tercapai solusi yang adil melalui dialog terbuka. Meskipun aksi mogok hari ketiga menandai akhir rangkaian protes, suasana politik menunjukkan bahwa diskusi panjang masih akan berlanjut.