Jurnal Tempo – Iran baru-baru ini mengumumkan keputusan besar untuk menarik sekitar 4.000 warganya dari Konflik Suriah. Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Iran, terutama di kawasan Timur Tengah yang penuh ketegangan. Kehadiran pasukan Iran di Suriah telah lama menjadi isu kontroversial, dan penarikan ini memperlihatkan adanya perubahan dalam dinamika politik dan militernya di wilayah tersebut.
Ada beberapa alasan yang mendasari keputusan Iran untuk menarik pasukannya dari Konflik Suriah. Salah satu alasan utama adalah meningkatnya tekanan internasional, terutama dari negara-negara Barat dan Amerika Serikat. Sejak awal keterlibatannya di Suriah, Iran telah menghadapi kecaman dari negara-negara tersebut yang menganggap kehadiran pasukan Iran sebagai ancaman bagi stabilitas kawasan. Selain itu, Iran juga sedang mengalami kesulitan ekonomi domestik yang mengurangi kapasitas negara tersebut untuk terus mendanai keterlibatannya di luar negeri. Dengan adanya krisis ekonomi yang memburuk, Iran merasa perlu untuk mengalihkan sumber daya ke dalam negeri untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.
“Baca Juga : Fenomena Delman Tanpa Kusir di Boyolali, Ini Penjelasannya”
Selama bertahun-tahun, pasukan Iran telah menjadi bagian integral dari upaya rezim Bashar al-Assad untuk mempertahankan kekuasaannya. Iran mendukung pemerintah Suriah dengan mengirimkan pasukan, serta memberikan pelatihan dan perlengkapan militer. Kehadiran pasukan Iran sangat penting dalam memerangi berbagai kelompok oposisi yang mencoba menggulingkan Assad. Penarikan pasukan ini bisa berdampak besar terhadap kestabilan pemerintah Suriah. Tanpa dukungan langsung dari Iran, pemerintah Assad bisa menghadapi kesulitan lebih besar dalam mempertahankan kontrol atas wilayah-wilayah yang masih dikuasainya.
Keputusan Iran untuk menarik warganya dari Suriah mendapatkan reaksi beragam dari komunitas internasional. Beberapa pihak menyambut positif langkah ini, berharap bahwa ini akan mengurangi ketegangan di Timur Tengah. Beberapa negara Barat memuji Iran karena akhirnya mendengarkan seruan internasional untuk mengurangi kehadiran militernya di luar negeri. Namun, di sisi lain, ada yang menganggap bahwa ini bukanlah sebuah keputusan permanen. Beberapa analis percaya bahwa Iran mungkin akan kembali mengirim pasukannya jika situasi di Suriah berubah. Mereka juga berpendapat bahwa langkah ini lebih bersifat taktis, bukan strategi jangka panjang.
“Simak juga: Subsidi BBM Tidak Hanya untuk Ojol, Opang Segera Diikutkan?”
Iran dan Rusia selama ini memiliki hubungan yang erat dalam mendukung pemerintah Suriah. Kedua negara ini memiliki tujuan bersama dalam menjaga kestabilan rezim Assad, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. Penarikan pasukan Iran dari Suriah dapat memengaruhi hubungan kedua negara tersebut, terutama dalam konteks militer dan diplomatik. Rusia, yang memiliki basis militer di Suriah, kemungkinan besar akan merasa terbebani dengan semakin berkurangnya dukungan dari Iran. Hal ini berpotensi mengubah strategi militer Rusia di Suriah, yang mungkin harus bergantung lebih banyak pada pasukan lokal atau milisi yang didukungnya.
Penarikan pasukan Iran dari Suriah berpotensi mengubah peta kekuatan di Timur Tengah. Negara-negara seperti Israel dan Turki mungkin akan melihat perubahan ini sebagai kesempatan untuk mengubah kebijakan mereka terhadap Suriah. Israel, yang selama ini khawatir dengan kehadiran militer Iran di Suriah, mungkin akan merasa lebih aman jika Iran benar-benar menarik pasukannya. Di sisi lain, Turki, yang memiliki kepentingan di utara Suriah, kemungkinan akan memperkuat posisinya di wilayah tersebut untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Iran.
Keputusan Iran untuk menarik pasukannya juga akan memiliki implikasi jangka panjang baik bagi negara itu sendiri maupun untuk negara-negara di sekitar Suriah. Meskipun Iran beralasan penarikan ini untuk fokus pada pemulihan ekonomi domestik, banyak pihak yang memandangnya sebagai sinyal bahwa Iran mungkin akan mengurangi keterlibatannya di luar negeri secara keseluruhan. Ini bisa berarti perubahan dalam kebijakan luar negeri Iran di masa depan, yang lebih terfokus pada masalah dalam negeri dan stabilitas kawasan.
Selain itu, keputusan ini dapat membuka peluang bagi kelompok oposisi untuk memperoleh lebih banyak kekuasaan di Suriah. Tanpa dukungan Iran, kelompok-kelompok tersebut mungkin merasa lebih berani untuk meningkatkan perlawanan terhadap pemerintah Assad. Hal ini bisa memperpanjang konflik yang telah berlangsung lama dan mempengaruhi masa depan Suriah sebagai sebuah negara yang utuh.