Perjalanan Bayu, Dari Guru Honorer Bergaji Rp 250 Ribu Kini Mengabdi di Sekolah Rakyat
Jurnal Tempo – Kisah Bayubuana Toleu atau Bayu, guru muda asal Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi potret nyata perjuangan tenaga pendidik di pelosok negeri. Bayu, lulusan Pendidikan Geografi Universitas Nusa Cendana Kupang, sempat menjadi guru honorer di SMP Satap Negeri Sunbaki dengan gaji hanya Rp 250.000 per bulan. Ironisnya, gaji tersebut baru dibayarkan setiap tiga bulan sekali sehingga kondisi ekonominya jauh dari kata layak. Namun, semangatnya untuk tetap mengabdi di dunia pendidikan tidak pernah surut meski dihadapkan pada keterbatasan.
Kondisi sulit sebagai honorer mendorong Bayu mencari peluang baru. Ia kemudian mendaftar ke Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 9 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di bawah naungan Kementerian Sosial. Sekolah ini membuka kesempatan bagi guru bersertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Jabatan Fungsional (PPPK JF). Kepindahan Bayu sempat membuat keluarganya kaget karena ia harus merantau jauh dari kampung halaman. Meski begitu, keputusan tersebut akhirnya mendapat restu demi masa depan yang lebih baik.
Dengan status baru sebagai guru PPPK JF, Bayu kini mendapatkan hak gaji yang lebih layak dibanding masa honorer. Berdasarkan Perpres Nomor 11 Tahun 2024, gaji pokok PPPK JF berada pada rentang Rp1.938.500 hingga Rp7.329.000, tergantung golongan. Bagi Bayu, perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa perjuangan di dunia pendidikan bisa membawa perbaikan kesejahteraan. Meski jauh dari kampung halaman, ia merasa langkah ini adalah pilihan terbaik demi masa depan diri sekaligus anak-anak didiknya.
Di Sekolah Rakyat, Bayu berinovasi dalam mengajar agar pembelajaran lebih menyenangkan. Ia menggunakan aplikasi berbasis game sebagai media belajar agar siswa tidak merasa jenuh. Metode ini membuat suasana kelas lebih interaktif dan mendorong siswa lebih aktif dalam menyerap pelajaran. Bagi Bayu, penting bagi guru untuk menghadirkan pengalaman belajar yang relevan dengan perkembangan zaman. Pendekatan ini juga menjadi cara untuk memotivasi anak-anak agar lebih semangat datang ke sekolah setiap hari.
Lebih dari sekadar mengajar, Bayu memiliki harapan besar terhadap masa depan murid-muridnya. Ia ingin Sekolah Rakyat tidak hanya menyediakan pendidikan gratis, tetapi juga menjadi jembatan bagi para siswa untuk mewujudkan cita-cita mereka. Bayu berharap pemerintah dapat memfasilitasi anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maupun mereka yang bercita-cita menjadi anggota polisi atau tentara. Bagi Bayu, pendidikan harus membuka pintu kesempatan yang lebih luas bagi generasi muda Indonesia.
Meski harus jauh dari keluarganya di NTT, Bayu tetap teguh menjalankan peran mulianya di Banjarbaru. Ia percaya bahwa pengabdian di dunia pendidikan adalah cara terbaik untuk membangun bangsa dari akar rumput. Kisahnya menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah, justru menjadi dorongan untuk terus berjuang. Dengan dedikasi dan inovasi, Bayu menunjukkan bahwa guru memiliki peran penting dalam mencetak generasi penerus bangsa yang lebih baik.