Jurnal Tempo – Pagi ini dunia dikejutkan oleh kabar duka dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, tutup usia. Ribuan umat berkumpul di Lapangan Santo Petrus, menangis dalam keheningan dan doa. Vatikan segera mengumumkan hari berkabung internasional, mengundang seluruh umat Katolik untuk mengenang pemimpin yang telah memimpin sejak 2013. Paus Fransiskus dikenal luas karena sikapnya yang rendah hati, kebijakan progresif, serta komitmen kuat terhadap perdamaian dan kemanusiaan. Ia menjadi simbol reformasi dan cinta kasih di tengah dunia yang penuh gejolak. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tak hanya di Vatikan, tetapi juga di seluruh dunia.
Dalam pengumuman resmi, Kardinal Pietro Parolin menyatakan bahwa jenazah Paus Fransiskus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus. Upacara kenegaraan akan dihadiri oleh tokoh-tokoh besar dari seluruh penjuru dunia. Banyak kepala negara telah mengirimkan ucapan belasungkawa, termasuk dari negara-negara non-Katolik. Ini menunjukkan pengaruh moral dan sosial Paus Fransiskus yang melintasi batas agama dan ideologi. Vatikan menegaskan masa berkabung akan berlangsung selama sembilan hari.
Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina. Ia berasal dari keluarga sederhana keturunan Italia. Sebelum menjadi imam, ia bekerja sebagai penjaga klub malam dan petugas laboratorium kimia. Hidupnya berubah drastis saat memutuskan masuk seminari. Setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan teologi, ia ditahbiskan sebagai imam pada 1969. Dalam waktu singkat, ia dikenal karena pendekatan pastoralnya yang menyentuh hati umat. Ia kemudian diangkat sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Kiprahnya di Argentina sangat dikenal karena membela kaum miskin dan melawan ketidakadilan sosial. Dari sinilah, reputasinya sebagai tokoh progresif mulai tumbuh di dalam Gereja Katolik.
“Baca Juga : Ultra Mikro BRI: Inovasi Baru untuk Perempuan Pengusaha”
Pemilihan Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus pada 2013 menandai sejarah baru. Ia adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin. Ia juga merupakan Paus pertama dari Ordo Jesuit. Sejak awal, ia menolak kemewahan Vatikan dan memilih hidup sederhana. Ia menolak tinggal di Istana Apostolik, lebih memilih Domus Sanctae Marthae. Gaya hidupnya yang membumi menjadi simbol pembaruan Gereja Katolik. Paus Fransiskus juga memilih menggunakan mobil Fiat sederhana dalam perjalanan internasional. Semua keputusan ini menuai pujian dan menginspirasi jutaan umat Katolik.
Di bawah kepemimpinannya, Gereja Katolik menjalani banyak reformasi. Ia membuka ruang dialog untuk isu-isu kontroversial. Paus Fransiskus berani membahas isu LGBT, imigrasi, perubahan iklim, dan penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja. Ia mengeluarkan ensiklik Laudato Si’ yang menyerukan perlindungan bumi sebagai rumah bersama. Dalam berbagai kunjungan luar negeri, ia tidak ragu menyuarakan keadilan sosial. Ia pernah mengunjungi pengungsi di Lesbos dan umat minoritas di Myanmar. Komitmennya terhadap umat tertindas begitu kuat dan menyentuh.
“Simak juga: Android 16 Beta: Apa yang Baru dan Lebih Baik dari Versi Sebelumnya?”
Setelah pengumuman wafatnya, misa khusus dilangsungkan di berbagai belahan dunia. Di Manila, Paris, Kinshasa, dan Buenos Aires, gereja dipenuhi umat yang membawa bunga dan lilin. Banyak umat mengaku kehilangan sosok ayah spiritual yang penuh kasih. Beberapa bahkan menangis dalam pelukan sesama jemaat. Vatikan mengumumkan akan menggelar konklaf dalam beberapa minggu ke depan. Proses pemilihan Paus baru akan dilakukan oleh para kardinal dari seluruh dunia. Namun, bagi banyak orang, Paus Fransiskus adalah pemimpin yang sulit tergantikan. Ia telah mencetak jejak kasih dalam sejarah Gereja Katolik modern.