Jurnal Tempo – Banjir melanda Medan, Sumatera Utara, dengan dampak yang semakin meluas. Sebanyak 10 kecamatan kini terendam banjir akibat luapan tiga sungai besar yang melintasi kota ini, yaitu Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Sei Belawan. Bencana hidrometeorologi yang terjadi sejak beberapa hari terakhir menyebabkan kerusakan yang signifikan dan mempengaruhi ribuan warga.
Awalnya, hanya lima kecamatan yang terdampak, namun kini jumlahnya bertambah menjadi sepuluh. Kecamatan yang terendam banjir meliputi Medan Maimun, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Labuhan, Medan Baru, Medan Deli, dan Medan Selayang. Totalnya, terdapat 25 titik banjir di wilayah tersebut. Ini juga termasuk lima kelurahan di Kecamatan Medan Maimun yang terendam. Seperti Aur, Sei Mati, Suka Raja, Hamdan, dan Kampung Baru.
Menurut Kepala BPBD Kota Medan, Yunita Sari, sebanyak 7.699 rumah terendam air. Korban yang terdampak mencapai 8.741 kepala keluarga atau sekitar 24.874 jiwa. Banjir ini terjadi setelah hujan deras dengan durasi panjang mengguyur wilayah ini, yang menyebabkan sungai-sungai meluap dan menggenangi kawasan permukiman.
“Baca juga: Prabowo Dorong Percepatan Proyek Strategis Nasional Warisan Jokowi”
Penyebab utama banjir di Medan adalah curah hujan yang tinggi dengan durasi panjang. Kepala Balai BMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, menjelaskan bahwa curah hujan di wilayah Sumatera Utara tercatat dalam kategori sedang hingga tinggi. Fase Madden Julian Oscillation (MJO) yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir juga berperan dalam meningkatkan potensi hujan lebat, ditambah dengan nilai Indian Ocean Dipole (IOD) yang negatif sebesar -0,73.
Pola angin juga menunjukkan adanya konvergensi, ditambah dengan perlambatan angin tepat di wilayah Sumatera Utara, turut memperburuk kondisi cuaca. Sumber kelembapan dari Monsun Asia yang membawa udara lembap dari Laut China Selatan dan Samudra Hindia juga berperan besar dalam menambah intensitas hujan di wilayah ini. Keadaan diperburuk dengan adanya bibit siklon tropis 99B di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Hal tersebut semakin memperburuk cuaca di Medan dan sekitarnya.
Banjir yang melanda Medan mengakibatkan banyak warga harus mengungsi. BPBD Kota Medan mencatat bahwa di antara warga yang terdampak terdapat 67 lansia, 34 balita, 129 anak-anak, dan dua ibu hamil. Sebagian besar warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti rumah ibadah, sekolah, dan rumah warga lainnya. Namun, beberapa lainnya memilih untuk bertahan di rumah mereka demi menjaga harta benda yang mereka miliki.
Pemerintah setempat dan BPBD Sumatera Utara segera melakukan upaya tanggap darurat dengan menyiapkan titik evakuasi serta menyediakan bantuan logistik bagi warga yang terdampak. Tim evakuasi juga telah diterjunkan untuk membantu mengamankan korban banjir dan memastikan keselamatan mereka. BPBD Kota Medan terus memantau perkembangan situasi di lapangan dan berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.
Penyebab utama dari banjir kali ini adalah kombinasi antara hujan deras yang berlangsung lama. Faktor atmosfer yang tidak mendukung, dan meluapnya sungai-sungai besar yang ada di Medan. Penanganan bencana ini membutuhkan kerjasama antara pemerintah, BPBD, serta masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak yang lebih buruk ke depan.