Cerita Dirga, Anak Tukang Bubur yang Jadi Atlet Tenis dan Lolos ke UGM
Jurnal Tempo – Cerita Dirgantara Fath Sulthan Alif, atau Dirga, menjadi bukti bahwa semangat dan dedikasi bisa membuka jalan menuju masa depan yang cemerlang. Bermula dari hobinya bermain tenis sejak kelas 3 SD, kini Dirga berhasil masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB) bidang olahraga. Ketekunan dan kecintaannya terhadap olahraga telah membawanya meraih berbagai prestasi tingkat nasional hingga mengantarkannya ke program studi Psikologi di kampus bergengsi tersebut.
Meski berasal dari keluarga sederhana, Dirga tidak pernah menyerah dalam mengejar cita-citanya. Ayahnya, Epi Yandri, adalah buruh jasa sekaligus penjual bubur ayam, sementara ibunya, Kuswandari Tri Astuti, adalah ibu rumah tangga. Kedua orang tuanya selalu memberikan dukungan moral, meski terbatas secara materi. Bahkan, sang ayah pernah menjual Vespa kesayangannya demi mendukung pendidikan anak-anaknya. Pengorbanan itu menjadi energi besar bagi Dirga untuk terus berjuang.
Sejak kecil, Dirga sudah menunjukkan bakat luar biasa di dunia tenis. Ia mulai rutin berlatih sejak usia sembilan tahun dan tampil di turnamen tingkat provinsi saat masih duduk di bangku kelas 5 SD. Sejak saat itu, performanya semakin matang dan terasah. Kedisiplinannya dalam latihan membuatnya mampu bersaing dengan para atlet muda lain di berbagai kejuaraan nasional.
Perjalanan Dirga di dunia tenis penuh dengan pencapaian gemilang. Ia berhasil meraih juara 3 di Amman Mineral Junior Tennis Championship 2019, juara 2 POPDA Jawa Tengah 2023, juara 1 POPDA Jawa Tengah 2024, serta juara 2 nasional di Irawati Moerid Tennis Championship 2025. Setiap kemenangan tersebut tak hanya menjadi bukti kemampuan, tetapi juga meningkatkan ketangguhan mentalnya dalam menghadapi tekanan kompetisi.
Tak hanya di bidang olahraga, Dirga juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi di sekolah. Ia tergabung dalam OSIS, Paskibra, dan tim basket. Dirga bahkan dipercaya sebagai brand ambassador pelajar selama enam bulan. Aktivitas-aktivitas tersebut dijalaninya bersamaan dengan tugas akademik tanpa mengganggu performa belajar. Ia mengaku terbiasa mencuri waktu untuk tetap produktif dan terus berkembang.
Selain sibuk di sekolah dan dunia olahraga, Dirga juga peduli terhadap isu sosial. Ia bergabung dalam Forum Anak Banyumas dan menjadi sekretaris program Banyumas Kids Takeover. Pengalaman paling membekas baginya adalah saat berinteraksi dengan siswa-siswa dari Sekolah Luar Biasa (SLB). Momen tersebut mengajarkan Dirga tentang pentingnya empati dan penerimaan terhadap perbedaan.
Pengalaman sebagai atlet juga mengasah minat Dirga dalam bidang psikologi. Ia menyadari bahwa faktor mental memiliki peran besar dalam menentukan performa di lapangan. Oleh karena itu, ia memilih Prodi Psikologi di UGM untuk lebih memahami cara kerja pikiran, terutama dalam mendukung atlet dan individu menghadapi tekanan.