Jurnal Tempo – Brasil sering disebut sebagai negara yang berhasil membangun ekosistem bioetanol secara terintegrasi. Selama puluhan tahun, negara ini menunjukkan bahwa energi bersih bukan sekadar cita-cita, tetapi bisa menjadi tulang punggung ekonomi modern. Karena itu, Indonesia melihat Brasil sebagai contoh yang relevan. Wakil Ketua Komisi VI DPR, Adisatrya Suryo Sulisto, menyebut bahwa langkah Brasil dapat menjadi acuan penting untuk mempercepat transisi energi bersih di Indonesia. Selain itu, momen COP30 yang berlangsung di Brasil semakin menegaskan bahwa Negeri Samba berada di garis depan dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan posisi itu, pengalaman Brasil menjadi bahan pembelajaran berharga bagi negara lain yang ingin memperkuat ketahanan energi.
Komitmen Indonesia Menuju Energi Bersih dan Tantangan di Dalam Negeri
Indonesia memiliki kebutuhan energi sangat besar dan terus bertumbuh. Karena itu, transisi menuju energi rendah emisi tidak bisa ditunda lagi. Pemerintah sudah menetapkan target Net Zero Emission 2060 sebagai arah utama pembangunan. Namun, tanpa percepatan, target tersebut akan sulit dicapai. Dalam konteks ini, DPR menilai bahwa pengembangan bioetanol bisa menjadi salah satu solusi yang realistis. Selain lebih ramah lingkungan, bioetanol dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan berbagai wilayah yang kaya tanaman tebu dan jagung, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk berkembang seperti Brasil. Tantangannya sekarang adalah bagaimana memulai ekosistem yang solid dan terintegrasi.
“Baca Juga : OJK Tetapkan Batas Lima Tahun untuk Rekening Dormant”
Brasil Memulai dari Lahan Pertanian Hingga Kendaraan Flex-Fuel
Keberhasilan Brasil tidak terjadi dalam waktu singkat. Selama lima dekade, negara ini membangun ekosistem bioetanol mulai dari kebun tebu, pabrik biorefinery, hingga jaringan distribusi yang tersebar di seluruh negeri. Selain itu, jutaan kendaraan flex-fuel sudah memenuhi jalanan Brasil, sehingga penggunaan bioetanol tidak hanya populer, tetapi menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Dengan model sistem yang terhubung dari hulu hingga hilir, Brasil membuktikan bahwa bioetanol mampu menjadi sumber energi yang stabil. Indonesia sebenarnya memiliki kondisi alam yang mirip, sehingga peluang untuk meniru sistem serupa sangat terbuka. Yang dibutuhkan adalah perencanaan matang dan keberanian mengambil langkah besar.
Produksi Etanol Brasil Capai Rekor dan Mendominasi Pasar Dunia
Pada tahun 2024, Brasil mencatat rekor produksi etanol sebesar 36,83 miliar liter. Angka ini naik 4,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa industri tersebut terus berkembang. Etanol di Brasil terutama dihasilkan dari tebu, namun jagung juga menjadi sumber tambahan yang cukup penting. Menariknya, penggunaan lahan untuk produksi etanol hanya sekitar 1 persen dari seluruh wilayah Brasil. Selain itu, seluruh SPBU menyajikan pilihan bahan bakar dengan variasi campuran etanol seperti E30 hingga E100. Kondisi ini membuat konsumsi bioetanol tumbuh stabil dan tidak menghadapi hambatan dari sisi pasar. Indonesia bisa meniru integrasi ini dengan menyiapkan infrastruktur bertahap.
“Baca Juga : OJK Dorong Generasi Muda Melek Finansial Lewat Gernas CK”
Kendaraan Brasil Mampu Menggunakan Etanol Tanpa Hambatan Teknis
Salah satu alasan ekosistem bioetanol di Brasil berjalan lancar adalah kesiapan kendaraan. Hampir seluruh kendaraan di negara tersebut dapat menggunakan campuran etanol, bahkan hingga E100. Selain itu, modifikasi pada mobil impor relatif murah sehingga tidak menimbulkan kendala berarti. Dengan kondisi seperti ini, permintaan etanol menjadi stabil karena konsumen tidak perlu mengganti kendaraan baru. Presiden COP30 Brasil, Andre Correa do Lago, bahkan menyebut bioetanol sebagai “senjata negara berkembang” untuk menghadapi krisis iklim. Biaya produksinya lebih rendah dibanding teknologi energi tinggi yang ditawarkan negara maju, sehingga lebih realistis diterapkan di negara seperti Indonesia.
Bioetanol Terbukti Menurunkan Emisi dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Dari sisi lingkungan, bioetanol Brasil mampu mengurangi jejak karbon hingga 70 persen sampai 82 persen. Dalam kondisi terbaik, pengurangan emisinya bahkan bisa mencapai 90 persen. Selain itu, industri bioetanol membuka banyak lapangan pekerjaan dan memperkuat ekonomi pedesaan melalui sektor pertanian. Model ini dapat menjadi peluang serupa bagi Indonesia, mengingat besarnya lahan potensial dan jumlah pekerja di sektor perkebunan. Karena itu, pemerintah dan industri perlu bekerja sama membangun sistem yang saling terhubung dari produksi bahan baku hingga distribusi bahan bakar. Jika berhasil, bioetanol bisa menjadi pilar baru energi masa depan Indonesia.
Indonesia Berpeluang Mengikuti Jejak Brasil dengan Dukungan Ekosistem Tepat
Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar dan berpotensi menjadi sumber energi bersih. Keberhasilan Brasil dalam pengembangan bioetanol bisa menjadi inspirasi kuat untuk Indonesia menjalankan transformasi serupa. Kesuksesan program biodiesel sebelumnya menunjukkan bahwa Indonesia mampu melakukan lompatan energi jika memiliki komitmen jangka panjang. Untuk itu, perlu langkah nyata dalam membangun ekosistem bioetanol yang terintegrasi, termasuk investasi, teknologi, dan kebijakan yang mendukung. Dengan kerja sama berbagai pihak, Indonesia bisa mencapai ketahanan energi dan memberikan kontribusi besar terhadap upaya global menghadapi perubahan iklim.