Jurnal Tempo – Kereta Belanda kini 100% digerakkan dengan tenaga angin. Apakah Indonesia bisa mengikuti langkah inovatif ini? Belanda telah mencatatkan pencapaian luar biasa dalam penggunaan energi terbarukan. Per 1 Januari 2017, seluruh kereta listrik di negara ini resmi beroperasi dengan tenaga angin. Inisiatif ini menjadikan Belanda sebagai pelopor dalam penerapan energi bersih di sektor transportasi massal.
Langkah ini melibatkan kerjasama antara perusahaan kereta api nasional Nederlandse Spoorwegen (NS) dan perusahaan listrik Eneco. Target awal sebenarnya ditetapkan untuk tahun 2018, namun berhasil diwujudkan setahun lebih cepat.
“Baca juga: Timnas Indonesia Disalip Malaysia Efek Kalah dari Jepang 4 : 0”
Sebagai “Negeri Kincir Angin”, Belanda memiliki sumber daya angin yang melimpah. Hingga kini, terdapat lebih dari 3.000 turbin angin di seluruh negeri, termasuk di lepas pantai. Satu turbin dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menggerakkan satu kereta sejauh 200 kilometer dalam satu jam.
Komitmen ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga menginspirasi negara-negara lain untuk beralih ke energi terbarukan.
Setiap hari, sebanyak 600.000 penumpang menikmati perjalanan kereta yang sepenuhnya ramah lingkungan. NS mengoperasikan sekitar 5.500 perjalanan harian, menjadikannya operator kereta bertenaga angin terbesar di dunia.
Bahkan, NS berkomitmen untuk mengurangi konsumsi energi per penumpang hingga 35 persen pada tahun 2020, dibandingkan tahun 2005. Ini menunjukkan bahwa efisiensi energi tetap menjadi prioritas utama mereka.
Pembangunan ladang turbin angin di daratan dan lepas pantai membutuhkan investasi besar dan koordinasi antarnegara. Belanda membangun hubungan baik dengan negara tetangganya, seperti Denmark dan Jerman, untuk memperluas jaringan energi terbarukan.
Proyek kabel tegangan tinggi, seperti Cobra Cable, memungkinkan transfer energi antara negara-negara tersebut. Langkah ini memastikan keberlanjutan pasokan energi angin untuk masa depan.
“Simak juga: Tugu Kuntilanak di Pontianak, Plus-Minus Jika Beneran Dibangun”
Melihat langkah inovatif Belanda, muncul pertanyaan: apakah Indonesia bisa mengikuti jejak ini? Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin.
Namun, tantangan utama adalah investasi dan infrastruktur. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan sistem transportasi ramah lingkungan.
Transformasi transportasi Belanda menjadi bukti bahwa inovasi dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, Belanda telah menciptakan sistem transportasi yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan.
Bagi Indonesia, langkah ini bisa menjadi inspirasi untuk mengeksplorasi energi terbarukan di sektor transportasi. Apakah kita siap mengambil langkah serupa?