Jurnal Tempo – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mulai membenahi tata kelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Salah satu misi utama lembaga ini adalah menyatukan visi seluruh BUMN agar tidak hanya fokus pada kepentingan masing-masing perusahaan, tetapi turut memikirkan kepentingan nasional. Menurut Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, semua BUMN—sebanyak 889 perusahaan—perlu bergerak dalam satu komando. Sinergi antar-BUMN dianggap penting untuk mendukung agenda ekonomi nasional. Pandu menegaskan bahwa fokus BPI Danantara adalah menciptakan ekosistem kerja sama yang saling menguatkan. Ia menyampaikan hal tersebut dalam Forum Ekonomi & Keuangan Digital Aftech, Sabtu (5/7/2025). Dengan semangat kolaboratif, BUMN diharapkan tidak lagi bersikap individualis, melainkan kompak menghadapi tantangan bersama untuk kemajuan Indonesia.
“Baca juga: Air Mata Iringi Kepergian Diogo Jota“
Lebih lanjut, Pandu Sjahrir mengungkapkan bahwa tujuan utama dari inisiatif “BUMN satu komando” adalah mendukung target pemerintahan Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen secara tahunan (year-on-year). Ia menegaskan bahwa Presiden Prabowo sangat menginginkan semua elemen negara, terutama BUMN, bekerja dalam satu barisan untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam pandangan Pandu, transformasi BUMN menjadi entitas yang kolaboratif dan berorientasi nasional adalah langkah penting menuju Indonesia Emas 2045. Dengan kata lain, keberhasilan ekonomi tidak bisa hanya bergantung pada satu entitas atau sektor saja. Seluruh komponen bangsa, termasuk sektor swasta dan publik, harus bersatu mewujudkan visi besar ini melalui koordinasi dan keselarasan tujuan.
Salah satu tonggak penting BPI Danantara adalah keberhasilannya mendapatkan komitmen dana asing sebesar USD 10 miliar atau sekitar Rp 163,12 triliun. Dana ini berasal dari berbagai mitra global, menunjukkan tingkat kepercayaan internasional yang tinggi terhadap Indonesia. Kepala BPI Danantara, Rosan Roeslani, menyebut bahwa hingga saat ini pihaknya telah menyepakati berbagai kerja sama investasi senilai USD 7 miliar dari negara-negara seperti Qatar, Rusia, Tiongkok, dan Australia. Menurut Rosan, tanggung jawab besar ini menjadi tantangan sekaligus kepercayaan dari Presiden dan Wakil Presiden. Ia menegaskan bahwa Danantara berkomitmen penuh untuk menjaga dan mengelola dana tersebut secara transparan, profesional, dan akuntabel. Dana ini diharapkan akan mempercepat pembangunan infrastruktur strategis serta memperkuat posisi ekonomi Indonesia di kancah global.
Sebagai bentuk konkret dari misi kolaboratifnya, BPI Danantara tengah menyiapkan Wisma Danantara. Gedung ini akan menjadi pusat kegiatan ekonomi, kolaborasi antar-pemangku kepentingan, dan inkubasi kebijakan strategis. Menurut Rosan, Wisma Danantara dirancang sebagai “rumah besar” bagi negara, pelaku usaha, akademisi, serta pihak-pihak terkait lainnya yang ingin mendorong kemajuan Indonesia. Dengan keberadaan pusat kolaborasi ini, diharapkan akan terbentuk sinergi lintas sektor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Rosan juga menekankan bahwa inisiatif ini sejalan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945. Oleh karena itu, sumber daya alam akan dikelola sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Ini merupakan langkah nyata Danantara dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui tata kelola investasi yang profesional dan berorientasi pada kepentingan publik.
Menurut Rosan Roeslani, dukungan dan kepercayaan dari luar negeri sangat besar. Danantara pun masih aktif menjajaki peluang pendanaan dari berbagai sumber internasional. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis sebagai tujuan investasi global. Rosan menambahkan bahwa kepercayaan investor internasional menjadi modal penting untuk mempercepat target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen. Dengan strategi yang tepat dan pengelolaan investasi yang profesional, BPI Danantara optimistis dapat mengakselerasi berbagai proyek strategis nasional. Kerja sama internasional ini sekaligus membuka ruang baru untuk kolaborasi jangka panjang, baik dalam bentuk teknologi, pendanaan, maupun sumber daya manusia. Visi Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai apabila seluruh pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, bersatu dalam visi pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.